A.
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Untuk
mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari
terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam mengenai sebab
terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin dikarenakan adanya sesuatu yang
dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Mungkin saja perubahan terjadi karena ada
faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama
itu. Mungkin juga masyarakat mengadakan perubahan karena terpaksa demi
menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami
perubahan terlebih dahulu.
Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada sumber sebab-sebab tersebut yang
terletak dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar.
Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai
berikut.
1.
Bertambah
atau Berkurangnya Penduduk
Pertambahan
penduduk yag sangat cepat di pulau jawa meyebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Misal, orang
lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi
hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya
penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari
daerah lain ( misalnya transmigrasi ). Perpindahan penduduk mengakibatkan
kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifiasi sosial, yang
memengaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan. Perpindahan penduduk telah
berlangsung beratus-ratus ribu tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar
dengan bertambah banyaknya manusia penduduk bumi ini. Pada
masyarakat-masyarakat yang mata pencaharian utamanya berburu, perpindahan
sering kali dilakukan, yang tergantung dari persediaan hewan-hewan buruannya.
Apabila hewan-hewan tersebut habis, mereka akan berpindah ketempat lainnya.
2.
Penemuan-penemuan
Baru
suatu
proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya
unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat , dan
cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya
dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penemuan-penemuan
baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan
unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yng berupa gagasan, yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Discovery beu
menjadi invention kalau masyarakat
sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Sering kali proses
dari discovery sampai ke innovation membutuhkan suatu rangkaian
pencipta-pencipta. Penemuan mobil, misalnya, dimulai dari usaha seorang
Austria, yaitu S. Marcus (1875) yang membuat motor gas pertama.
Pada
saat penemuan menjadi invention,
proses inovasi belum selesai. Sungguhpun kira-kirasesudah 1911 produksi mobil
dimulai, mobil masih belum dikenal oleh seluruh masyarakat. Penyebaran alat
pengangkutan tersebut masih harus dipropagandakan kepada khalayak ramai. Di
Indonsia juga banyak dijumpai persoalan yang menyangkut mobil. Walaupun masih
ada yang belum mengenal mobil, pada umumnya masyarakat sudah mengenal mobil
bahkan sudah oernah mersakan naik mobil.
Apabila
ditelaah lebih lanjut perihal penemuan-penemuan baru, terlihat pada beberapa
faktor pendorong yang dipunyai masyarakat. Bagi individu pendorong tersebut
antara lain:
a. Kesadaran
individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya;
b. Kualitas
ahli-ahli dalam suatu kebuduyaan;
c. Perangsang
bagi aktivitas-aktivitas peciptaan dalam masyarakat;
Di
dalam setiap masyarakat tentu ada individual yang sadar akan adanya kekurangan
dalam kebudayaan masyarakatnya di antara orang-orang tersebut banyak yang
menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai sesuatu hal yang harus diterima
saja. Keinginan akan kualitas juga merupakan pendorong bagi terciptanya
penemuan-penemuan baru. Kenginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya
merupakan pendorong untuk meneliti kemungkinan-kemungkinan ciptaan baru.
Khusus
penemuan-penemuan baru dalam kebudayaan jasmaniah atau kebendaan menunjukkan
adanya berbagai macam pengaruh pada masyarakat. Peratama-tama, pengaruh suatu
penemuan baru tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi ia
seringkali meluas kebidang-bidang lainnya. Misalnya penemua radio menyebabkan
perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, agama,
pemerintah, rekreasi, dan seterusnya. Kemungkinan lain adalah
perubahan-perubahan yang menjalar dari satu lembaga kemasyarakatan ke
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Penemuan baru kapal terbang mebawa
pengaruh terhadap metode peperangan, yang kemudian kian memperdalam perbedaan
antara Negara-negara besar (super power) dengan
Negara-negara kecil.
Di
samping penemuan-penemuan baru di bidang unsur-unsur kebudayaan jasmaniah,
terdapat pula penemuan-penemuan baru dibidang unsur-unsur kebudayaan rohaniah.
Misalnya ideologi baru, aliran-aliran kepercayaan yang baru, sistem hukum yang
baru dan seterusnya.
3.
Pertemuan
(Conflict) Masyarakat
Pertentangan
(conflict) masyarakat mungkin pula
menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan
mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan
kelompok.
Umumnya
masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan
didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui,
tetapi mempunyai fungsi sosial. Pertentangan antarkelompok mugkin terjadi
antara generasi tua dengan generasi muda. Pertentangan-pertentangan demikian
itu kerap kali terjadi , apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari
tahap tradisional ke tahap modern.
4.
Terjadinya
Pemberontakan atau Revolusi
Revolusi
yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolute berubah menjadi
dictator ploretariat yang di landaskan pada dooktrin Marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batin, mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar.
Suatu
perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut;
a.
Sebab-sebab
yang Berasal dari Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir
besar, dan lainnya mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami
daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Bagi
suatu masyarakat yang mula-mula hidup dari berburu, kemudian menetap di suatu
daerah pertanian, perpindahan itu akan melahirkan perubahan baru dalam diri
masyarakat tersebut, misalnya timbul lembaga kemasyarakatan baru yaitu
pertanian. Misalnya penggunaan tanah secara sembrono tanpa memperhitungkan
kelestarian humus tanah, penebangan hutan tanpa memikirkan penanaman kembali,
dan lain sebagainya.
b.
Peperangan
Peperangan dengan Negara lain dapat pula
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya Negara yang menang
akan memaksakan kebudayaannya pada Negara yang kalah. Contohnya adalah
Negara-negara yang kalah dalam Perang Kedua banyak sekali mengalami perubahan dalam
lembaga kemasyarakatannya.
c.
Pengaruh
Kebudayaan Masyarakat Lain
Apabila sebab-sebab perubahan bersumber
pada masyarakat lain, itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat
lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua
masyarakat mempunyai mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbale
balik. Artinya, masing-masing masyarakat memengaruhi masyarakat lainnya, tetapi
juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.
Di
dalam pertemuan dua kebudayaan tidak selalu akan terjadi proses saling
memengaruhi. Kadangkala pertemuan dua kebudayaan yang seimbang akan saling
menolak. Peretemuan kedua kebudayaan ini mula-mula diawali dengan pertentangan
fisik yang kemudian dilanjutkan dengan pertentangan dalam segi-segi kehidupan
lainnya.
Apabila
salah satu dari dua kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang
lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan terhadap
unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula unsure tersebut ditambahkan pada
kebudayaan asli. Akan tetapi, lambat-laun unsure kebudayaan aslinya diubah dan
diganti oleh unsur kebudayaan asig tersebut.
Daftar Pustaka
Soekanto, S (2010).
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada
No comments:
Post a Comment