BERAS
(BEHAS)
Dalam
Bahasa Sangiang, Beras (behas) disebut dengan nama “BEHAS MANYANGEN
TINGANG”;
pemakaian behas berdasarkan methologi AGAMA KAHARINGAN, bahwa pada masa
penciptaan alam semesta, RANYING HATALLA LANGIT menciptakan beras untuk
menjaga
kelangsungan hidup RAJA BUNU yang menjadi asal mulat Umat Manusia di
dunia
ini dan kelangsungan hubungan dengan RANYING HATALLA LANGIT. Dari
methologi
tersebut Umat KAHARINGAN yang merupakan keturunan RAJA BUNU mayakini
bahwa
didalam Beras itu telah terkandung kekuasaan RANYING HATALLA LANGIT
sehingga
menjadi sarana yang menghubungi manusia dengan RANYING HATALLA LANGIT.
Terbukti,
bahwa penggunaannya dalam ayat suci Manawur yang berbunyi: “Balang Bitim
jadi Isi, Hampuli Balitam jadi Daha, Dia Balang Bitim Injamku akan
Duhung Luang
Rawei Pantai Danum Kalunen, Isen Hampuli Balitam Bunu Bamban Panyaruhan
Tisui
Luwuk Kampungan Bunu”, yang artinya : Behas Manyangen Tingang adalah
bukan saja
sebagai kelangsungan hidup manusia, ia juga sebagai perantara dengan
Yang Maha
Kuasa RANYING HATALLA LANGIT serta sebagai perantara pula antara manusia
dengan
para Leluhur.
Sumber : Talatah Basarah, Majelis Daerah Agama Hindu
Kaharingan Kabupaten Pulang Pisau ( MDAHK.PP)
Siippp
ReplyDelete