sintungtelu.blogspot.co.id – Hutan rimba
yang ada di Kalimantan menyimpan sejuta keindahan mulai dari tumbuhan yang
hidup disepanjangan hutan memiliki manfaat sehingga bisa digunakan sebagai obat
tradisonal. Keindah tersebut melingkupi mahluk hidup penghuni hutan yaitu para satwa yang beraneka jenis menyimpan keindahan dan keunikannya masing-masing,
tidak lepas dari itu selain memiliki keuningan dan keindahan, salah satu satwa
yang sangat erat dengan kehidupan orang dayak adalah Burung Tingang, disetiap
bagian tubuh dari burung Tingang menjadi lambang atau simbol ciri khas dayak,
dan simbol burung tinggang pun bisa kita temukan hampir disemua ruang
masyarakat dayak dari lukisan, ukiran, pakaian, dan juga di Palangka Raya dijadikan salah satu icon di Bundaran Burung, dan yang masih berpegang teguh
kepada ajaran Helu/Kaharingan bulu Ekor Tingang menjadi pelengkap sarana
Basarah/Sembahyang.
Awal Mula
Burung Tingang dalam ajaran Hindu Kaharingan Burung Tinggang memiliki sejarah
yang luar biasa sehingga dalam pelaksanan upacara ritual dan juga basarah tidak
lepas dari Bulu Ekor Tinggang, dalam bahasa Sangiang Bulu Ekor Tingang disebut
dengan “Dandang Tingang” menurut
methologi Agama Hindu Kaharingan burung Tingang adalah salah satu yang
merupakan penciptaan dari Ranying Hatalla Langit Tuhan Yang Maha Esa yang awal mulanya adalah melalui perubahan wujud dari Luhing
Patung Tingang yang berisi Air Suci Kehidupan “Nyalung Kaharingan Belum” yang terlepas saat Raja Bunu membawanya
untuk menghidupkan Kameluh Tanteluh Petak, yang terbang menukit tinggi keatas
menjelma menjadi Tingang Rangga Bapatung
Nyahu. Saat itulah awal mula penciptan Burung Tingang yang terdapat pada
Kitab Suci Panaturan Pasal 27 Ayat 20 dan 21 yang berbunyi:
Ayat 20 “Limbah jadi Luhing Patung Tingang Basuang
Nyalung Kaharingan Belum, Guhung Panaling Aseng, Kilen kea Luhing Patung
Tingang palus nganderang hayak nunjung taribangae” yang artinya setelah
Luhing Pantung Tingang tadi berisi Air Suci kehidupan, tiba-tiba saja Luhing
Patung Tingang terlepas terbang menukit tinggi keatas, seraya ia bersuara.
Ayat 21 “Hayak Auh Nyahu Batengkung Ngaruntung
Langit, homboh Malentar Kilat Basiring Hawun, Luhing Patung Tingang basaluh
manjadi Tingang Rangga Bapantung Nyahu” yang artinya Bersama bunyi Guntur
Menggemuruh memenuhi alam semesta, Petir Halilintar menggetarkan buana, Luhing
Pantung Tingang kajadian manjadi Tingang Rangga Bapantung Nyahu.
Semenjak itulah
awal mula kejadian adanya Burung Tingang sampai sekarang ini sangat dilindungi oleh
umat Hindu Kaharingan, kejadain itu terjadi di Lewu Batu Nindan Tarung, Rundung
Kereng Liang Bantilung Nyaring yaitu suatu tempat di alam Atas atau di Tasik
Rampang Matan Andau. Burung Tingang “Tingang
Rangga Bapatung Nyahu” langsung menepati Lunuk Jayang Tingang, Baringin
Tulang Tambariring di Pantai Danum Sangiang.
Salah satu
Cri khas Burung Tingang memiliki bulu ekor berwarna hitam dan putih, dimana
hitam dihimpit oleh warna putih, memiliki paruh yang cantik, suara yang khas,
lantang dan gagah, ukuran tubuh cukup besar, dan burung ini dikenal burung yang
sangat setia. Dalam kepercayaan Hindu Kaharingan bulu ekor tingang memiliki
makna tersendiri oleh karena itu saat Basarah bulu Ekor Tinggang pasti
digunakan dan diletakkan ditengah-tengah dalam sangku, arti atau simbol dari
bulu Tingang ini adalah warna putih di atas, diartikan alam kekuasaan Ranying
Hatalla Langit, warna hitam di tengah, artinya alam kehidupan manusia di Dunia “pantai danum kalunen” yang penuh dengan
pertentangan antara kebenaran (Dharma) dan ketidakbenaran (Adharma), sedangkan
warna putih di bawah memiliki arti kesucian yang dapat dicapai manusia melalui
sebuah usaha individu melawan ketidak benaran, bila dihubungkan dengan upacara
keagaman yaitu sampai kepada Upacara Tiwah (Rukun Kematian Tingkat Akhir Agama
Hindu Kaharingan).
Baca juga, Suntu/Contoh Pertama Tiwah yang Menjadi Pedoman Bagi Hindu Kaharingan
Baca juga, Suntu/Contoh Pertama Tiwah yang Menjadi Pedoman Bagi Hindu Kaharingan
Untuk
mengambil Ekor Burung Tingang pun masyarakat mencari yang sudah mati lalu
Bulunya diambil dan disimpan sebagai sarana ritual keagaman. Seiring perkebangan
zaman sekarang burung yang termasuk spesies yang dilindungi ini di anggap
sebagai lambang kesucian, perdamain dan persatuan kini hampir punah dan langka
dan sangat sulit ditemukan di Hutan, berkurangnya populasi Burung Tingang
disebabkan sebagian habitat rusak oleh penebangan liar, membakar hutan bertuan
dan tidak bertanggung jawab, ditambah lagi ulah para pemburu liar yang tergiur
akan harga paruh dan bulu burung Tingang yang sangat mahal. Jangan sampai anak
cucu kita hanya bisa mendengar cerita, membaca sejarah, melihat foto/gambar dan
video, perlu diketahui juga keindahan alam salah satunya adalah hadirnya para
satwa, untuk mendapatkan suatu yang indah terkadang kita harus mengeluarkan
uang yang banyak atau bisa dikatan mahal, untuk mendapatkan keindah alami kita
tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak melainkan cukup mebayar dengan
menjaga dan merawatnya. (RAI)
Sumber Foto : http://twicsy.com/i/7mobWd |
Mantap..
ReplyDeleteLajutkan berkarya ya
Terima kasih, jangan lupa mampir lagi hehehe
Delete