Wednesday, September 30, 2015

Perkembangan Pengatahuan dan Perkembangan Ilmu Pengatahuan Alam



A.    LAHIRNYA ILMU PENGATAHUAN
Manusia adalah makluk yang serba ingin tau (lihat bab 3 paasal B), karena itu manusia disebut juga sebagai binatang yang rasional (rational animal). Dengan daya piker rasional diburunya seegala sesuatu untuk diketahui (know how), kemudian ditingkat bagaimana masalahnya (know why), akhirnya apakah kegunaan sesuatu dalam kehidupan (know use). Dalam tahap tahap awal manusia masih percaya pada mitos yang sekarang hanya dinilai sebagai pengatahuan semu (pseudoseience) karena akhirnya tidak akan memuaskan maka dikejar kebenarannya sebagai pengatahuan sejati (pure science).
Setelah makin sulit memenuhi kebutuhan dengan cara foodgathering, maka dengan akal manusia mampu mengadakan foodgathering. Cara hidupnya tidak lagi nomaden, melainkan sudah sedenter. Ekonomi masyarakat manusia bukan haya soal menghasilkan makanan, melainkan juga meliputi pandangan dan indrustri guna memenuhi kehidupannya.
Peningkatan keadaan ekonomi mendorong manusia mengadakan tempat pemusatan baru dengan terbentuknya kota-kota, sehingga terjadilah revolusi kota (urban revolution). Cara hidup menetap dengan ekonomi mantap member kesempatan berpikir lebih banyak. Obyek utama yang dipikirkan manusia ialah alam. Manusia dapat belajar dari alam dan akhirnya lahirlah pengatahuan alam (natural science).
Pada mulanya ilmu pengetahuan timbul di Asia, meluas ke Yunani, kembali ke Asia di Timur Tengah, baru kemudian ke Eropa
1.   Asia
Dari tanah liat yang dibakar (terra cotta) di lembah Sungai Indus diketahui bahwa manusia telah mampu membuat gambaran bintang dan didekatnya ada tulisan yang sampai sekarang belum diketahui maknanya. Diduga tulisan tersebut sama maknanya dengan gambar, sehingga disebut pictograph. Bangsa Cina menggambarkan alam dengan lambing khusus, kemudian menjadi tulisannya. Misalnya pohon dan hutan, huruf ini disebut huruf Cien cop atau Jau Co (hong ji bahasa Jepang. Di Timur Tengah orang membuat buku dari tanah liat, ditulis dengan huruf yang berbentuk paku, sehingga disebut huruf paku (hieroglif). Penyusunannya menjadi abjad merupakan kemampuan manusia dalam berabtraksi. Kini huruf sudah merupakan lambing bunyi bukan lagi gambar benda. Penciptaan huruf yang kemudian menghasilkan buku mempunyai arti penting perkembangan pengetahuan dan secara vertical dapat diturunkun kepada generasi berikutnya.
       Kemampuan berabstraksi lebih nyata dalam hitungan. Untuk menunjukkan jumlah 1 masih mudah , tetapi bila sudah 10, 100, 100 memerlukan daya abstraki yang tinggi. Berikut adalah gambaran dalam proses hitungan.
Seorang gembala meletakkan sebutir ditempat yang disedikan setiap seekor kambingnya keluar dari kandang. Dengan sendirinya jumlah akan sama dengan jumlah kerikil. Sore hari kambing yang masuk dihitung pula pada kerikil tadi, bila ternyata kerikil tersisa dua, misalnya 3 biji, berarti ada kambing orang lain yang ikut masuk. Bangsa Sumeria dapat menghitung tahun bulan (kamariah) lamannya 345 hari dan tahun matahari (samsiah) selama 360 hari. Diduga Negara Babylon telah memanfaatkan hitungan dalam penyelidikan bintang. Hitungan peranan puluhan telah digunakan, seperti satu jam = 60 menit, satu menit = 60 detik. Sebuah lingkaran dinyatakan = 360 derajat. Penulisan angkat sebagai daya abstraksi  jumlah nyata sebagai berikut.
     
Romawi
Arab
Latin (popular sebagai angka Arab)
I
II
III
IV
V

1
2
3
4
5

Nyata bahwa pemakayan angka Romawi yang dulu dijadikan standar, kalah dengan angka arab. Misalnya angka tiga ratus delapan puluh delapan, angka Arab 388, sedangkan dalam angka Romawi CCCLXXXVIII.
Penciptaan angka  mempunyai arti penting bagi manusia. Selain sebagai wujud kamampuan berabstaks, iya juga melukiskan jumlah abstak secara singkat, praktis, dan tepat sehingga berkembang ilmu pengetahuan, secara matematika yang ternyata merupakan tolak ukur pengetahuan.
Manusia adalah makhluk pembuat alat, maka dsebut homo faber. Penciptaan alat dimaksudkan untuk membantu kehidupan manusia yang semakin lama semakin beragam kegiatannya. Pada awalnya alat disebut dengan sederhana, semakin lama semakin sempurna, akhirnya semakin canggih. Semua alat dibuat dari bahan yang mudah diperoleh dan dibentuk, seperti kayu dan bambu ( tidak ada peninggalan karena hancur oleh umur); kemudian baru, dari kasar, setengah kasar , dan halus ( merupakan cirri zaman paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum); selanjutnya dengan logam yang memerlukan pengetahuan dan pengalaman serta langsung lebih lama sampai saat ini.
Api merupakan penemuan yang sangat penting yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, terutama dalam pembuatan peralatan, cara masak, dan melindungi diri dari gangguan lingkuangan, meskipun banyak pula bahayanya.
1.      Yunani
Yunani merupakan wilayah Eropa yang berbatasan dengan Asia Barat, maka dengan cepat menimba pengatahuan dari Timur. Ilmu pengatahuan yang sudah cukup tinggi tersebut disempurnakan dan ditingkatkan melalui penyelidikan (inquiring). Inilah dasar lahirnya para penemu pengatahuan bangsa Barat.
Thales (624-548 SM) dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dan isi alam. Ia tidak menerima kenyataan begitu saja, yaitu bahwa dibumi ada air, api, udara, hewan, dan sebagainya. Seluruh yang ada hanya merupakan gejala (phenomena) saja, tidakkah bahan-bahan itu dasarnya terbatas, sedangkan gejalanyalah yang banyak? Yang utama dari yang ditanyakan bukan sekedar jawaban yang sebagian sekarang sudah terjawab , melainkan adanya pertanyaan itu menimbulkan usaha untuk memikirkannya terus menerus selama belum belum diperoleh jawaban yang memuaskan. Terjadinya pemikiran-pemikiran itu merupakan tanda belum sempurnanya perkembangan ilmu itu sendiri (developmental process). Berdasarkan pengatahuan yang diperoleh dari Timur, Thales sudah dapat meramalkan terjadinya gerhana bulan.
Phytagoras (580-500 SM) menemukan antara lain dalil Phythagoras, yaitu a2+b2=c2 yang berlaku bagi segitiga siku-siku dengan jumlah sudutnya 180®. Masih banyak penemuan-penemuannya yang lain tentang matematika. Pythagoras juga menunjukan hubungan antara nada dengan dawai (senar), bila panjangnya dawai dua kali, maka nadanya turun satu boktaf. Ia juga menyelidiki susunan benda yang terdiri atas segitiga. Segi empat, segilima yang sisinya masing-masing sama. Dari segitiga yang semua sisinya sama, dapat disusun tetrahedron, dari segi empat dapat dibuat kubus, dari segilima dapat dibuat dodecahedron yang memiliki 12 permukaan. Pythagoras telah berpendapat bahwa bumi itu bundar dan tidak datar serta bergerak mengelilingi matahari. Ia juga membentuk suatu lembaga pendidikan dan menghimpun para muridnya serta serjana lainnya dalam Pythagoras Society yang kegiatan dalam dunia pengetahuan.
Socrates (470-399 SM) dinilai sebagai tonggak ilmu pengetahuan Yunani. Sebelumnya orang terutama mengadakan penyelididikan ha;-hal yang menyangkut alam (zaman pra-socrates), sedangkan semenjak dia banyak penyelidikan dilakukan terhadap pengetahuan yang menyangky kehidupan manusia (zaman post Socrates). Walaupin ia tidak meninggalkan karya-karya tertulis, tetapi pemikirannya dihimpun oleh Plato, seorang murid Socrates yang setia . di antaranya tentang logika yang dapat banyak mengajak manusia berpikir, yaitu adanya major premise, minor premise, dan conclusion (dibandingkan dengan dalam metode sekarang adanya induksi, deduksi, dan kesimpulan).
Leucippus (±450 SM) dan Demokritos (460-370 SM) dinilai sebagai penemu atom. Bagaimana teori atom masing-masing sulit ditentukan karena langkanya sumber tertulis sebagai pembuktiannya, sampai beberapa abad teori mereka tentang atom masih dipergunakan sebagai pegangan para ahli. Dikatakan antara lain: atom adalah materi terkecil, sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat dibagi lagi (sekarang dapat dilakukan). Bentuk atom macam-macam yang selalu bergerak tanpa ketentuan, sehingga terjadi benturan-benturan satu dengan yang lain dan menimbulkan pusaran. Bergantung dari banyaknya dan pusaran atom, maka terjadilah beraneka ragam benda. Di luar benda-benda hanya ada kehampaan (void).
Aristoteles (384-322 SM) adalah pemikiran sebelum Socrates. Ia banyak memikirkan masalah pengetahuan sosial (social science), seperti logika dan matafisika (filsafat), tetapi juga berjasa untuk ilmu pengatahuan alam. Seperti penganut aliran naturalis, ia juga mengadakan penyelidikan dan pemikiran tentang embriologi. Karena keterbatasan indera manusia, terdapat anggapan pada saat itu bahwa latar dengan sendirinya ada di ala mini (spontanea). Sedangkan untuk ayam telah diketahui perkembangannya sejak telur sampai menjadi ayam.
Archimedes (287-212 SM) sudah meningkat pemikirannya dibandingkan dengan para pakar sebelumnya karena sudah mempergunakan cara empiris yang didasarkan pada pengalaman atau percobaan. Sebagai ahli matematika, fisika, dan mekanika, ia menemukan hokum-hukum, antara lain hokum yang terkenal bahwa benda yang terapung di air akan kehilangan berat sesuia dengan air yang terdesak.

B.     IPA KLASIK DAN IPA MODERN
Banyak pendapat tentanng IPA Klasik dan IPA Modern ynag dicaturkan oleh para pakar. Pendapat pendapat tersebut masing-masing berbeda karena pada umumnya berlandaskan asas disiplin ilmu yang mereka tekuni. Pakar fisika misalnya mendefinisikan bahwa yang dimaksud IPA Klasik pengembangan ilmu fisika sebelum abad XX, sedangkan IPA Modern adalah pengembangan fisika setelah XX. Fisika Modern dimulai sejak saat munculnya teori relativitas dari Eintein (1905). Diikuti teori rediasi oleh  Max Planck (1910), sinar X oleh Rontgen (1923). Sedangkan IPa Klasik deimulai sejak awal sampai munculnya teori relativitas tersebut. Pakar biologi tentu lain pandangannya terhadap IPA Klasik dan IPA Modern.  Demikian pula dipandang dari siplin ilmu yang lain.
Secara umum, penertian IPA bukan hanya ditinjau dari satu disiplin saja, namun IPA dapat dirinci lebih lanjut meliputi berbagai disiplin ilmu.

1.      IPA Klasik
Bila ditinjau dari pengertian klasik sendiri, maka dapat diartikan bahwa yang klasik umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman, kebiasaan, atau naluri semata. Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam sekitar.
Pakar fisika (dalam bahasa Yunani = alam) membedakan antara fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik atau fisika terbatas mempelajari komponen materi dari interaksi antara komponen dengan pengembangan pengamatan.
a.       Dinikmati langsung gerakan benda dalam mekanika.
b.      Penglihatan dengan teori cahaya
c.       Pendengaran dengan suara
d.      Indera rasa termodinamika
e.       Listrik magnet
Dari sini berkembang pengetahuan tentang penjumlahan vaktor yang dipakai dalam computed tomografi  (CT) atau penampang lintang tubuh dengan sinar X, magnetic resonance imaging (MRI) untuk deteksi tumor. Di samping itu, juga teori momentum linear (p=mv) yang selanjutnya dikembangkan dalam sistem terisolasi, muncul hokum kekekalam momentum maupun kekekalan energy. Listrik maupun magnet ditemukan dan berkembang dengan adanya medan posential dan energy potensial serta gaya gerak listrik induksi.
IPA Klasik secara umum, sebagai contoh digambarkan pembuatan ragi temped an juga ragi tapai; meskipun hanya berdasarkan pengalaman petani, namun tanpa didasari petani tersebut telah berkecimbung dalam bidang mikrobiologi, mikologi, dan tentu saja tidak lepas dari ilmu fisika yang mendasarinya. Contoh lain, pembuatan gula kelapa merupakan proses fisika bersama-sama kimia yang telah tinggi tingkatannya, juga membuat terasi, ikan asin, rendang, dan telor asin adalah karya dari IPA klasik. Petani pembuat/pengrajin sama sekali tidak mengetahui proses yang telah terjadi dalam mewujudkan hasil karyanya. Dengan kata lain, dianggap tabu atau pamali atau angker adalah merupakan larangan berdasarkan kepercayaan. Dengan kata lain, dianggap tabu atau pamali atau angker adalah merupakan usaha untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan, sebagai contoh tokok tidak boleh dibunuh, ikan disuatu tempat angker tidak boleh dimakan. Mereka tidak melakukan penelitan dan pengujuan, namun hanya berdasarkan pengalaman dari nenek monyangnya.

2.      IPA Modern
IPA Modern muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah diadakan pembaharuan yang dikaitan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada. Proses canning, pengalengan ikan, buah-buahan, dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fisika, kimia, biologi, biokimia, dan sebagainya merupakan hasil perkembangan IPA yeng telah dinikmati oleh manusia.
Fisika Modern merintis dimulainya IPA Modern yang dikaitkan dengan dikemukakan teori relativitas dan kuantum yang mengambarkan sifat atom, inti, dan pertikel lain molekul zat padat. Sebagai contoh, teknologi nuklir merupakan teknologi  modern yang  dapat dimanfaatkan dalam bidang kedokteran, transportasi, angkatan bersenjata, dan berbagai bidang penelitian yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain.
IPA Modern diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian berulang kali sehingga diperoleh ilmu yang mantap,baik untuk terapan maupun ilmu murni. Banyak contoh kegiatan IPA Modern, seperti pemanfaatan energy matahari untuk kegiatan yang berkaitan dengan listrik untuk transportasi, industry, rumah tangga adalah pemafaatan foton untuk menimbulkan aliran muatan listrik (elektron) karena perbedaan panas, sehingga terbentuklah sel pembangkit listrik. Tungku sinar matahari telah banyak digunakan yang hanya berprinsip pada titik focus lensa cekung. Dengan energy panas bumi dapat diperoleh tenaga listrik. Dalam kaitan dengan alam lingkungan, untuk menciptakan suasana bersih timbul pemikiran pemanfaatan sampah sisa organism, seperti jerami, sisa tanaman-tanaman lain, dan kotoran hewan diproses dengan bantuan bakteri dalam kondisi tertentu sehingga menghasilkan gas CH4  CO2 CO H2S yang ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar. Proses di atas sering disebut sebagai energi biogas.
C.    METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA
Segala kebenararn yang terkandung dalam Ilmu Alamiah terletak pada metode ilmiah. Kelebihan dan kekurangan I.A. ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah. Sebagai langkah pemecahan atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai berikut :
1.      Penginderaan
Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak dapat diindra, maka tidak dapat diselidiki oleh I.A,. walaupun pengindraan tidak selalu langsung. Misalnya, mengenai magnetisme dan inti atom yang tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukan melalu alat-alat. Seperti halnya pikiran, tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukan dalam bentuk tingkah laku.
Agar pengidraan tetap dan benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu dapat dilakukan juga oleh orang lain. Pengindraan yang tepat adalah sulit, memerlukan waktu yang lama, dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Setiap orang dapat melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya prasangka yang melekat pada pengindera itu. Semua orang ahli hukum lebih tajam penginderaannya  terhapa saksi dari pada orang umum, demikian pula ahli musik yang indera pendengarannya lebih tajam. Namun, penginderaan yang tepat dapat diperoleh dengan latihan dan menggunakan alat-alat yang telah ditera.
untuk meminimalkan subjektivitas pengindraan, sering kali pengamatan menggunakan instrumen standar. Contohnya, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan kulit atau tangan, tetapi perlu dengan termometer.
2.      Masalah atau problem
Setelah pengindraan dan perenungan dilakukan, langkah kedua adalah menemukan masalah. Dengan kata lain, membuat pertanyaan : apakah yang ditemukan melalu pengindraan itu ? mengapa begitu ? bagaimana hal itu terjadi ? dan seterusnya. Pengindraann yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuwan jelas berada karena ilmuawan menunjukan kuriositas yang tinggi. Pertanyaan – pertanyaan seperti tersebut diatas hendaknya relevan dan dapat diuji. Pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
Secara umum, untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan” bagaimana ? ” atau “ apa? “. Pertanyaan “ mengapa ? “ minimbulkan kesukaran, dan sering diganti”  Bagaimana ? “ atau “ apa ?. “ pertanyaan” Mengapa Alam ini ada ? “ termasuk kategori yang tidak dapat diuji sehingga hal itu tidak termasuk bidang I.A.
3.    Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan jawaban itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Dalam I.A dugaan sementara itu disebut hipotesis untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, diperlukan fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau experimen. Bila data tidak mendukung hipotesis, harus disusun hipetesis baru.
Hipotesis, kecuali didukung oleh data agar mudah dibuktikan harus bersifat sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh. Dalam membuat hipotesis, tidak asal saja, walaupun dalam sejarang pernah terjadi, yaitu ketika Kekule, seorang ahli ilmu kimia bangsa Jerman membuat hipotesis tentang struktur zat kimia benzena. Pada suatu malam, setelah menghadiri pesta yang banyak menghidangkan alkohol, Kekule bermimpi adanya enam ekor kera yang menyusun diri saling menggigit ekor sehingga terbentuk konfigurasi lingkaran segi enam. Rumus benzena yang disusun berdasarkan hepotesis Kekule itu pada saat ini merupakan rumus yang dapat menghasilkan 400 jenis senyawa yang banyak diproduksi dalam industri kimia.
Keadaan yang ideal untuk membuktikan kebenaran suatu hepotesis adalah melalu pengujian dengan eksperimen.
4.      Eksperimen
Eksperime atau percobaan merupakan langkah ilmiah ke empat. Pada titik ini, L.A dan non L.A dapat dipisahkan secara sempurna.
Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun pertanyaan, dan menduga jawabannya. Namun orang biasa akan berhenti sampai disitu saja. Sebaliknya, seorang ilmuan tidak akan berhenti sampai disitu, tetapi akan meneruskan pertanyaan, “ Mana buktinya ? “ Dalam Sejarah, cara demikian merupakan suatu cara untuk mengilangkan pendapat umum yang emosional, tidak didukung oleh bukti. Pendapat atau jawaban atas masalah yang tidak dapat didukung oleh bukti merupakan ilusi dan tidak bijaksana. Eksperimen dapat menujukan bukti, sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau alamiah. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama sehingga semua faktor dapat dikendalikan dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.
Sebagai ulasan, akan dikemukakan hal berikut. Pada permulaan musim hujan, kita melihat gejala bahwa beberapa jenis lampu, misal lampu pijar, neon atau T.L., dan merkuri pada malam hari dikerumuni berbagai jenis serangga. Gejala ini membangkitkan suatu hipotesis bahwa serangga tertarik pada sinar tertentu tetapi tidak tertarik pada sinar yang lain.
   Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dirancang suatu eksperimen dilaboratorium dengan menggunakan berbagai jenis serangga, misalnya : laron, lalat rumah, lalat buah, nyamuk, belalang dan sebagainya. Sedangkan untuk sinarnya dipakai beragai sinar, misalnya : merah, biru, hijau, kuning, dan sebagainya. Dari hasil percobaan ternyata serangga tertarik pada sinar biru dan tidak tertarik pada sinar lain.
D.    KRITERIA ILMIAH
Kriteria atau patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau tidak benarnya sesuatu untuk masuk status tertentu. Pengetahuan persatuan kategori ilmu pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni : teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.
Sebagaimana telah ditemukan bahwa ilmiah Alamiah mempelajari segala sesuatu didalam semesta ini sehingga alam semesta menjadi objek. Tujuan ilmu alamiah menurut beberapa ahli adalah mencari kebenaran tentang objeknya, dan kebenaran itu bersifat relatif Alam semesta sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan sebagainnya. Oleh karena itu, tidak mungkin ilmu alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang dapat dicapai oleh ilmu alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum diketahui. Meskipun demikian, yang penting adalah sesuai dengan tujuan ilmu alamiah, yakni mencapai kebenaran, yang sesuai dengan objeknya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif .
Untuk mecapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur dan metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah (sceientific method). Dengan prosedur atau metode ilmiah tersebut akan dicapai kebenaran yang merupakan keputusan atas objeknya dan dirumuskan secara tertentu. Namun, keputusan mengenai, keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain tidaklah bersifat khusus karena hal itu bukan tujuan ilmu pengatahuan yang mecari kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, sepotong logam jika dipanasi akan memuai, peristiwa itu tidak hanya berlaku untuk logam besi, tetapi berlaku untuk semua logam dan berlaku disemua tempat dialam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara umum mengenai suatu objek, walaupun hanya mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan diklasifikasikan, yang terbukti decara signifikan. Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa pengetahuan tentang suatu objek mencakup berbagai aspek lain sehingga timbul ketergantungan satu dengan lainnya.
E.     METODE ILMIAH
metode ilmiah adalah prsosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Menurut senn, metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuai yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi, metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode.

     Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu atau dikatakan ilmiah adalah sebagai berikut.
a.    Objyekti, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris.
b.   Metodik, artinya pengatahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
c.    Sistematik, artinya pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem dimana satu sama lain saling berkaitan dan saling mejelaskan, sehingga seluruhnya merupaka satu kesatuan yang utuh.
d.   Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi semua orang dengan cara eksprimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Pengetahuan yang dapat melalu metode ilmiah diharapkan mempunyai karakteristik – karakteristik tertentu, yakni sifat rasional dan teruji, sehingga memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengatahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, metode ilmiah menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam membangun tubuh dan pengetahuannya.

Cara berfikir deduktif adalah cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus dari pertanyaan yang bersifat umum. Pengarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogismos, yang disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan. Pertanyaan yang mendukung silogismos ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis menor. Kesimpulan merupaka pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif  berdasarkan ke dua premis tersebut.

Cara berfikir deduktif terkait dengan rasionalisme, yang memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara berfiir deduktif berdasarkan pada kriteria kebenaran koherensi atau teori koherensi. Rasionalisme adalah paham yang berdapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran.

Teori koherensi adalah suatu pertanyaan yang dianggap benar bila pertanyaan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang dianggap benar. Namun dengan demikian, penjelasan yang bersifat rasional dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final. Sebab, meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada primes-primes ilmiah yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah primes ilmiah yang tersedia, yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh karena itu, dalam metode ilmiah, disamping digunakan cara berfikir deduktif, digunakan pula cara berfikir induktif.

Cara berfikir induktif terkait dengan empirisme, dimana dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung. Oleh karena itu, cara berfikir induktif berdasarkan pada kriteria kebenaran, korespondensi atau teori korespondensi.

Empirirsme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Menurut teori korespondesi, suatu pertanyaan dianggap benar jika materi pengetahuan yanng dikandung pertanyaan itu berkoresponden ( berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pertanyaan tersebut.

Dengan metode ilmiah, pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris. Secara rasioanal, maka ilmu menyesun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmua memisahkan pengatahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Secara sederhana, hal itu berarti bahwa semua ilmu ilmiah harus memenuhi dua syarat utama, yaitu sebagai berikut.
a.    Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
b.   Harus cocok dengan kata-kata empiris, bersebab teori yang bagaimanapun konsistennya, kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
F.     KRITERIA ILMIAH
Kriteria atau patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau tidak benarnya sesuatu untuk masuk status tertentu. Pengetahuan termasuk kategori ilmu pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni : teratur,sistematis,berobjek,bermetode, dan berlaku secara universal.
      Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Ilmu Alamiah mempelajari segala sesuatu di alam semesta di alam semesta ini sehingga alam semesta menjadi objek. Tujuan Ilmu Alamiah menurut beberapa ahli adalah mencari kebenaran tentang objeknya, dan kebenaran itu bersifat relatif. Alam semesta sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan sebaginya. Oleh karena itu, tidak mungkin Ilmu Alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang dapat dicapai oleh Ilmu Alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum diketahui. Meskipun demikian, yang penting adalah sesuai dengan objeknya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif.

      Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah (scientific method). Dengan prosedur atau metode ilmiah tersebut akan dicapai kebenarannya yang merupakan keputusan atas objeknya, dan dirumuskan secara tertentu. Namun, keputusan mengenai, keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain tindaklah bersifat khusus karena hal itu bukan tujuan ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, sepotong logam jika dipanasi akan memuai. Peristiwa itu tidak hanya berlaku di semua tempat di alam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara umum mengenai suatu objek, walaupun hanya mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan diklasifikasikan, yang terbukti secara signifikan. Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa pengetahuan tentang suatu objek mencakup berbagai aspek lain sehingga timbulnya ketergantungan satu dengan lainnya.     
G.    KETERBATASAN DAN KEUNGGULAN METODE ILMIAH
       Seperti telah di jelaskan di muka ciri khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) sifatnya objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :
a.       Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia.
b.      Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut, hal ini dapat menjurus ke arah mencari kebenaran itu terus menerus.
c.       Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui suatu proses yang teratur.
d.      Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka, tetapi berpikir terbuka atau objektif,
e.       Suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran.
f.       Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
g.      Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah besar.
           Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca indera kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan yang diambil dari fakta-fakta yang keliru itu juga akan keliru. Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau pengetahuan termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bersifat tentatif.
Artinya, sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak dan membuktikan kesalahan kesimpulan sebelumnya, maka kesimpulan itu dianggap benar.
            Sebagai contohnya adalah teori abiogenesis yang dicetuskan oleh Aristoteles bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati, cacing berasal dari tanah sempat bertahan ratusan tahun sebelum ada teori baru yang menumbangkannya. Setelah Fransisco Redi dengan eksperimennya membuktikan bahwa makhluk hidup terjadi dari makhluk hidup pula. Contoh lainya adalah paham geosentris yang kemudian diganti dengan heliosentris. Kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulam ilmiah bisa saja berubah sesuai dengan perkembang ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu Ilahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
             Metode ilmiah memang tidak sanggup mengjangkau untuk menguji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan buruk suatu sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
H.    PERAN MATEMATIKA DALAM IPA
        Menurut pemikiran, saat dimulainya manusia menulis sama dengan awal dimulanya hitungan, kiraa-kira 1000 tahun sebelum masehi. Tulisan merupakan simbol, sedang berhitung pada awalnya merupakan persatuan objek yang dihitung. Matmatika adalah alat bantu untuk mengatasi sebagai permasalah dalam permasalahan hidup manusia. Tanpa matematika, IPA tidak akan berkembang karena IPA menggantungkan pada metode induksi. Dengan induksi tidak mungkin manusia dapat mengukur jarak antara bumi dan matahari, bahkan mengetahui keliling bumi pada zaman dulu tidak mungkin. Ternyata penggabungan antara metode induksi dengan deduksi Erasthotenes  240 SM dapat menghitung keliling bumi.
        Contoh – contoh sumbangan matematika terhadap IPA antara lain sebagai berikut.
a.       Hyparchus dapat mengukur jarak dari bumi ke bulan yang diilhami ajaran Aristoteles yang menyatakan bumi, bulan, dan matahari suatu saat berada dalam satu garis lurus.
b.      Arisoteles menghitung jarak bumi ke matahari. Hanya karena kesalahan teknis perkiraannya meleset. Saat itu jarak bumi ke matahari 20 X jarak bumi ke bulan, sedang sebenarnya 400 kali.
c.       Pythagoras menghitung benda-benda dengan segi banyak.
d.      Apollomeus menghitung benda yang bergaris lengkung.
e.       Keppler (1609) menghitung jarak peredaran yang berbentuk elips dari planet-planet.
f.       Galileo (642) dapat menetapkan hukum lintasan gerak peluru, gerak, dan percepatan.
g.      Huygens (1695) dapat memecahkan teka-teki adanya cincin saturnus, perhitungan kecepatan cahaya 600.000 x kecepatan suara.
Dari gambaran tersebut tampak jelas bahwa perkembangan IPA sangat didukung oleh matematika. Tanpa matematika orang tidak akan dapat menghitung kecepatan sinar dan tanpa mengetahui kecepatan sinar manusia tidak akan dapat mengukur jarak antara benda-benda angkasa. Lebih-lebih lagi dengan ditemukan teknologi komputer manusia semakin jauh dapat mengetahui tentang IPA. Bagaimana manusia akan dapat mengendalikan pesawat angkasa dari jarak jutaan kilometer dari bumi tanpa bantuan perhitungan matematika?





Daftar Pustaka

Jasin,M. (2006). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADI

Widyosiswoyo, S. Soewandi, H. Dan Nizamuddin, H. (2004). Ilmu Alamiah Dasar. Bogor
            Selatan: Ghalia Indonesia

Wakhidah,N. Utami, U. Dan Turmudi, H. (2007). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta :
            Prestasi Pustaka