Wednesday, November 18, 2015

Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan

A.    Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam mengenai sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin dikarenakan adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Mungkin saja perubahan terjadi karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama itu. Mungkin juga masyarakat mengadakan perubahan karena terpaksa demi menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada sumber sebab-sebab tersebut yang terletak dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
1.      Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Pertambahan penduduk yag sangat cepat di pulau jawa meyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Misal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah lain ( misalnya transmigrasi ). Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifiasi sosial, yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan. Perpindahan penduduk telah berlangsung beratus-ratus ribu tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambah banyaknya manusia penduduk bumi ini. Pada masyarakat-masyarakat yang mata pencaharian utamanya berburu, perpindahan sering kali dilakukan, yang tergantung dari persediaan hewan-hewan buruannya. Apabila hewan-hewan tersebut habis, mereka akan berpindah ketempat lainnya.
2.      Penemuan-penemuan Baru
suatu proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat , dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yng berupa gagasan, yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Discovery beu menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Sering kali proses dari discovery sampai ke innovation membutuhkan suatu rangkaian pencipta-pencipta. Penemuan mobil, misalnya, dimulai dari usaha seorang Austria, yaitu S. Marcus (1875) yang membuat motor gas pertama.
Pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi belum selesai. Sungguhpun kira-kirasesudah 1911 produksi mobil dimulai, mobil masih belum dikenal oleh seluruh masyarakat. Penyebaran alat pengangkutan tersebut masih harus dipropagandakan kepada khalayak ramai. Di Indonsia juga banyak dijumpai persoalan yang menyangkut mobil. Walaupun masih ada yang belum mengenal mobil, pada umumnya masyarakat sudah mengenal mobil bahkan sudah oernah mersakan naik mobil.
Apabila ditelaah lebih lanjut perihal penemuan-penemuan baru, terlihat pada beberapa faktor pendorong yang dipunyai masyarakat. Bagi individu pendorong tersebut antara lain:
a.       Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya;
b.      Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebuduyaan;
c.       Perangsang bagi aktivitas-aktivitas peciptaan dalam masyarakat;
Di dalam setiap masyarakat tentu ada individual yang sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya di antara orang-orang tersebut banyak yang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai sesuatu hal yang harus diterima saja. Keinginan akan kualitas juga merupakan pendorong bagi terciptanya penemuan-penemuan baru. Kenginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong untuk meneliti kemungkinan-kemungkinan ciptaan baru.
Khusus penemuan-penemuan baru dalam kebudayaan jasmaniah atau kebendaan menunjukkan adanya berbagai macam pengaruh pada masyarakat. Peratama-tama, pengaruh suatu penemuan baru tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi ia seringkali meluas kebidang-bidang lainnya. Misalnya penemua radio menyebabkan perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, agama, pemerintah, rekreasi, dan seterusnya. Kemungkinan lain adalah perubahan-perubahan yang menjalar dari satu lembaga kemasyarakatan ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Penemuan baru kapal terbang mebawa pengaruh terhadap metode peperangan, yang kemudian kian memperdalam perbedaan antara Negara-negara besar (super power) dengan Negara-negara kecil.
Di samping penemuan-penemuan baru di bidang unsur-unsur kebudayaan jasmaniah, terdapat pula penemuan-penemuan baru dibidang unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Misalnya ideologi baru, aliran-aliran kepercayaan yang baru, sistem hukum yang baru dan seterusnya.
3.      Pertemuan (Conflict) Masyarakat
Pertentangan (conflict) masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.
Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui, tetapi mempunyai fungsi sosial. Pertentangan antarkelompok mugkin terjadi antara generasi tua dengan generasi muda. Pertentangan-pertentangan demikian itu kerap kali terjadi , apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional ke tahap modern.
4.      Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai  bentuk kerajaan absolute berubah menjadi dictator ploretariat yang di landaskan pada dooktrin Marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batin, mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.

Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut;

a.      Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir besar, dan lainnya mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Bagi suatu masyarakat yang mula-mula hidup dari berburu, kemudian menetap di suatu daerah pertanian, perpindahan itu akan melahirkan perubahan baru dalam diri masyarakat tersebut, misalnya timbul lembaga kemasyarakatan baru yaitu pertanian. Misalnya penggunaan tanah secara sembrono tanpa memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebangan hutan tanpa memikirkan penanaman kembali, dan lain sebagainya.
b.      Peperangan
Peperangan dengan Negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada Negara yang kalah. Contohnya adalah Negara-negara yang kalah dalam Perang Kedua banyak sekali mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya.
c.       Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbale balik. Artinya, masing-masing masyarakat memengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.
Di dalam pertemuan dua kebudayaan tidak selalu akan terjadi proses saling memengaruhi. Kadangkala pertemuan dua kebudayaan yang seimbang akan saling menolak. Peretemuan kedua kebudayaan ini mula-mula diawali dengan pertentangan fisik yang kemudian dilanjutkan dengan pertentangan dalam segi-segi kehidupan lainnya.

Apabila salah satu dari dua kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan terhadap unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula unsure tersebut ditambahkan pada kebudayaan asli. Akan tetapi, lambat-laun unsure kebudayaan aslinya diubah dan diganti oleh unsur kebudayaan asig tersebut. 

Daftar Pustaka
Soekanto, S (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

        Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
1.      Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan –perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa ada rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuiakan diri dengan keperluan-keperluan,keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa didalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan “revolusi”. Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Didalam revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi, sebenarnya bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama.
Misalnya revolusi industri di Ingrris, dimana perubahan-perubahan terjadi dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan tersebut dianggap capat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya. Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan (revolt,rebellion) yang kemudian menjelma menjadi revolusi yang mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat. Secara sosiologis, agar suatu revolusi dapat terjadi, harus dipenuh syarat-syarat tertentu, antara lain sebagai berikut.
a.       Harus ada keinginan umum untuk mengadakan sesuatu perubahan. Di dalam masyarakat, harus ada perasaantidak puas terhadap keadaan dan suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
b.      Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
c.       Adanya pemimpin  dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah gerakan.
d.      Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya tujuan tersebut  terutama bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Di samping itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstra, misalnya, perumusan suatu ideologi tertentu.
e.       Harus ada “momentum”, yaitu saat di mana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan baik untuk memulai suatu gerakan. Apabila “momentum” keliru, revolusi dapat gagal.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 merupakan contoh suatu revolusi yang tepat “momentum”-nya. Pada waktu itu, perasaan tidak puas di kalangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pemimpin-pemimpin yang mampu menamping keinginan-keinginan tersebut, sekaligus merumuskan tujuannya. Saat itu bertepatan dengan kekalahan kerajaan Jepang yang menjajah Indonesia sehingga sangat tepat untuk memulai suatu revolusi yang diawali dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi suatu negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
2.      Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas karena batasa-batas pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah didapatkan bahwa perubahan-perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berati bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agresis, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. Pelbagai lembaga kemasyarakatan akan ikut berpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat, dan seterusnya.
Kepadatan penduduk di pulau jawa, misalnya, telah melahirkan berbagai perubahandengan pengaruh yang besar. Areal tanah yang dapat diusahakan menjadi lebih sempit; pengangguran tersamarkan kian tampak di desa-desa. Mereka yang tidak mempunyai tanah menjadi buruh tani dan banyak wanita serta anak-anak yang menjadi “buruh” potong padi pada waktu panen. Sejalan dengan itu, terjadi pula proses individualisasi milik tanah. Hak-hak ulayat desa semakin luntur karena areal tanah tidak seimbang dengan kepadatan penduduk. Timbullah bermacam-macam lembaga hubungan kerja, lembaga gadai tanah, lembaga bagi hasil dan seterusnya, yang pada pokoknya bertujuan untuk mengambil manfaat yang sebesar mungkin dari sebiding tanah yang tidak begitu luas. Warga masyarakat hanya hidup sedikit di atas standar minimal. Keadaan atau sistem yang dimiliki oleh Clifford Geertz disebut shered poverty.

3.      Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang Direncanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki (Unintended-Change) atau Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-Change)
Perubahan yang dikehendaki atau direnacakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga masyarakat.
Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehandaki atau yang direncanakan selalu berada dibawah pengandalian serta pengawasan agent of change tersebut. Cara-car mempengaruhui masyarakat dengan sestem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning).
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkawan pengawasan masyrakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki ,perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian bersarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa dapat halangan-halangan masyrakat itu sendiri . atau dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakata yang ada atau dengan cara membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling memengaruhi.
Konsep perubahan yang dikehndaki dan yang tidak dikehendaki tidak mencangkup paham apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atai tidak diharapakan oleh masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapakan dan diterima oleh masyrakat. Bahkan pada agent of change yang merencanakan perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan-perubahan yang tidak terduga (dikehendaki) di bidang-bidang lain. Pada umumnya sulit mengadakan ramalan tentang terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki. Karena proses tersebut biasanya tidak hanya berupa akibat dari satu gejala sosial saja, tetapi dari pelbagai gejala sosial sakaligus.

Contoh : Akibat dari adanya perubahan
Perubahan yang terjadi dilingkungan Daerah istimewa Yogyakarta sejak akhir kekuasaan Belanda sekaligus merupakan perubahan-perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Perubahan yang dikehendaki menyangkut bidang politik dan administrasi, yaitu suatu perubahandari sestem sentralisme autokratis ke suatu desentralisasi demokratis. Perubahan ini dipelopori oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sebagai salah satu akibatnya timbul perubahan yang tidak dikehendaki, akan tetapi, telah diperhitungkan oleh pelopor perubahan, yaitu petugas pamong praja kehilangan wewenang atas pemerintah desa. Suatu keadaan yang tidak diharapkan dalam kerangka ini adalah bertambah pentingnya peranan dukuh (bagian-bagian desa atas dasar administrasi) yang menyebabkan berkurangnya ikatan antara kekuatan sosial yang merupakan masyarakat desa. Akibat lain nuga tidak diharapkan adalah hilangnya peranan kaum bangsawan, secara berangsung-angsung, sebagai warga kelas tinggi.

Suatu perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai reaksi (yang direncanakan) terhadap perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi sebelumnya, baik yang merupakan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Terjadinya perubahan-perubahan yang dikehendaki, oerubahan-perubahan yang kemudian merupakan selanjutnya meneruskan proses. Bila sebelumnya terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki, perubahan yang dikehendaki dapat ditafsirkan sebagai pengakuan terhadap perubahan-perubahan sebelumnya agar kemudian diterima secara luas oleh masyarakat.

perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik sosial yang oleh Thomas dan Znaniecki ditafsirkan sebagai suatu proses yang berupa perintah dan larangan. Artinya, menetralisir suatu keadaan krisis dengan suatu akomondasi (khususnya arbitrasi) untuk melegakan hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau berkembangnya suatu keadaan yang dikehendaki. Legalisasi tersebut dilaksanakan dengan tindakan-tindakan fisik yang bersifat arbitratif.

Daftar Pustaka
Soekanto, S (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Hakikat Perubahan Sosial

Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya dapat ditemukanoleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu  dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seorang yang tidak sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyrakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transpor modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuaanya belum dikenal semuanya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang di mana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut, bila seseorang hendak membuat penelitian, perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya. Dasar penelitian mungkin tak akan jelas apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.
          Para sosiolog pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat statis dan dinamis. Masyarakat statis dimaksud masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah masyarakat-masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat. Jadi setiap masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis. Sementara itu, pada masyarakat lainnya, dianggap sebagai masyarakat dinamis. Perubahan-perubahan bukan lah semata-mata berarti suatu kemajuan (progrees) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan tertentu.  

 Pengertian Perubahan Sosial
Segala perubahan pada lembaga-lembaga masyarakatan di dalam suatu masyaraka, yang mmengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

  Definisi
Para sosiolog maupun antarapologi telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan Kebudayaan. Supaya tidak menimbukan kekaburan, pembicaraan akan dibatasi lebih dahulu pada perubahan-perubahan sosial. Dengan demikian, diinvertarisasi rumusan-rumusan seperti diabawah ini.
William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu , walau tidak memberikan definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur inmaterial.
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misyalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik,

MacIver lebih suka membedakan angtara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut di atas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi  kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization.  Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk didalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik, dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum, dan seterusnya dimasukan ke dalam golongan tersebut.
Culture menurut MacIver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat dan sebagaimanya, termasuk culture, karena hal-hal secara langsung memenuhi kebutuhan manusia. Dengan pernyataannya itu, MacIver mengeluarkan unsur material  dari ruang lingkup culture.

MacLver perubahan perubahan sosial dikatakan sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial
Gillin dan Gilin mengatakan perubahan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samoel Koenig mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.

Solo Soemardjan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk dalam nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definis tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian memengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.

Daftar Pustaka
Soekanto, S (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Wednesday, September 30, 2015

Perkembangan Pengatahuan dan Perkembangan Ilmu Pengatahuan Alam



A.    LAHIRNYA ILMU PENGATAHUAN
Manusia adalah makluk yang serba ingin tau (lihat bab 3 paasal B), karena itu manusia disebut juga sebagai binatang yang rasional (rational animal). Dengan daya piker rasional diburunya seegala sesuatu untuk diketahui (know how), kemudian ditingkat bagaimana masalahnya (know why), akhirnya apakah kegunaan sesuatu dalam kehidupan (know use). Dalam tahap tahap awal manusia masih percaya pada mitos yang sekarang hanya dinilai sebagai pengatahuan semu (pseudoseience) karena akhirnya tidak akan memuaskan maka dikejar kebenarannya sebagai pengatahuan sejati (pure science).
Setelah makin sulit memenuhi kebutuhan dengan cara foodgathering, maka dengan akal manusia mampu mengadakan foodgathering. Cara hidupnya tidak lagi nomaden, melainkan sudah sedenter. Ekonomi masyarakat manusia bukan haya soal menghasilkan makanan, melainkan juga meliputi pandangan dan indrustri guna memenuhi kehidupannya.
Peningkatan keadaan ekonomi mendorong manusia mengadakan tempat pemusatan baru dengan terbentuknya kota-kota, sehingga terjadilah revolusi kota (urban revolution). Cara hidup menetap dengan ekonomi mantap member kesempatan berpikir lebih banyak. Obyek utama yang dipikirkan manusia ialah alam. Manusia dapat belajar dari alam dan akhirnya lahirlah pengatahuan alam (natural science).
Pada mulanya ilmu pengetahuan timbul di Asia, meluas ke Yunani, kembali ke Asia di Timur Tengah, baru kemudian ke Eropa
1.   Asia
Dari tanah liat yang dibakar (terra cotta) di lembah Sungai Indus diketahui bahwa manusia telah mampu membuat gambaran bintang dan didekatnya ada tulisan yang sampai sekarang belum diketahui maknanya. Diduga tulisan tersebut sama maknanya dengan gambar, sehingga disebut pictograph. Bangsa Cina menggambarkan alam dengan lambing khusus, kemudian menjadi tulisannya. Misalnya pohon dan hutan, huruf ini disebut huruf Cien cop atau Jau Co (hong ji bahasa Jepang. Di Timur Tengah orang membuat buku dari tanah liat, ditulis dengan huruf yang berbentuk paku, sehingga disebut huruf paku (hieroglif). Penyusunannya menjadi abjad merupakan kemampuan manusia dalam berabtraksi. Kini huruf sudah merupakan lambing bunyi bukan lagi gambar benda. Penciptaan huruf yang kemudian menghasilkan buku mempunyai arti penting perkembangan pengetahuan dan secara vertical dapat diturunkun kepada generasi berikutnya.
       Kemampuan berabstraksi lebih nyata dalam hitungan. Untuk menunjukkan jumlah 1 masih mudah , tetapi bila sudah 10, 100, 100 memerlukan daya abstraki yang tinggi. Berikut adalah gambaran dalam proses hitungan.
Seorang gembala meletakkan sebutir ditempat yang disedikan setiap seekor kambingnya keluar dari kandang. Dengan sendirinya jumlah akan sama dengan jumlah kerikil. Sore hari kambing yang masuk dihitung pula pada kerikil tadi, bila ternyata kerikil tersisa dua, misalnya 3 biji, berarti ada kambing orang lain yang ikut masuk. Bangsa Sumeria dapat menghitung tahun bulan (kamariah) lamannya 345 hari dan tahun matahari (samsiah) selama 360 hari. Diduga Negara Babylon telah memanfaatkan hitungan dalam penyelidikan bintang. Hitungan peranan puluhan telah digunakan, seperti satu jam = 60 menit, satu menit = 60 detik. Sebuah lingkaran dinyatakan = 360 derajat. Penulisan angkat sebagai daya abstraksi  jumlah nyata sebagai berikut.
     
Romawi
Arab
Latin (popular sebagai angka Arab)
I
II
III
IV
V

1
2
3
4
5

Nyata bahwa pemakayan angka Romawi yang dulu dijadikan standar, kalah dengan angka arab. Misalnya angka tiga ratus delapan puluh delapan, angka Arab 388, sedangkan dalam angka Romawi CCCLXXXVIII.
Penciptaan angka  mempunyai arti penting bagi manusia. Selain sebagai wujud kamampuan berabstaks, iya juga melukiskan jumlah abstak secara singkat, praktis, dan tepat sehingga berkembang ilmu pengetahuan, secara matematika yang ternyata merupakan tolak ukur pengetahuan.
Manusia adalah makhluk pembuat alat, maka dsebut homo faber. Penciptaan alat dimaksudkan untuk membantu kehidupan manusia yang semakin lama semakin beragam kegiatannya. Pada awalnya alat disebut dengan sederhana, semakin lama semakin sempurna, akhirnya semakin canggih. Semua alat dibuat dari bahan yang mudah diperoleh dan dibentuk, seperti kayu dan bambu ( tidak ada peninggalan karena hancur oleh umur); kemudian baru, dari kasar, setengah kasar , dan halus ( merupakan cirri zaman paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum); selanjutnya dengan logam yang memerlukan pengetahuan dan pengalaman serta langsung lebih lama sampai saat ini.
Api merupakan penemuan yang sangat penting yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, terutama dalam pembuatan peralatan, cara masak, dan melindungi diri dari gangguan lingkuangan, meskipun banyak pula bahayanya.
1.      Yunani
Yunani merupakan wilayah Eropa yang berbatasan dengan Asia Barat, maka dengan cepat menimba pengatahuan dari Timur. Ilmu pengatahuan yang sudah cukup tinggi tersebut disempurnakan dan ditingkatkan melalui penyelidikan (inquiring). Inilah dasar lahirnya para penemu pengatahuan bangsa Barat.
Thales (624-548 SM) dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dan isi alam. Ia tidak menerima kenyataan begitu saja, yaitu bahwa dibumi ada air, api, udara, hewan, dan sebagainya. Seluruh yang ada hanya merupakan gejala (phenomena) saja, tidakkah bahan-bahan itu dasarnya terbatas, sedangkan gejalanyalah yang banyak? Yang utama dari yang ditanyakan bukan sekedar jawaban yang sebagian sekarang sudah terjawab , melainkan adanya pertanyaan itu menimbulkan usaha untuk memikirkannya terus menerus selama belum belum diperoleh jawaban yang memuaskan. Terjadinya pemikiran-pemikiran itu merupakan tanda belum sempurnanya perkembangan ilmu itu sendiri (developmental process). Berdasarkan pengatahuan yang diperoleh dari Timur, Thales sudah dapat meramalkan terjadinya gerhana bulan.
Phytagoras (580-500 SM) menemukan antara lain dalil Phythagoras, yaitu a2+b2=c2 yang berlaku bagi segitiga siku-siku dengan jumlah sudutnya 180®. Masih banyak penemuan-penemuannya yang lain tentang matematika. Pythagoras juga menunjukan hubungan antara nada dengan dawai (senar), bila panjangnya dawai dua kali, maka nadanya turun satu boktaf. Ia juga menyelidiki susunan benda yang terdiri atas segitiga. Segi empat, segilima yang sisinya masing-masing sama. Dari segitiga yang semua sisinya sama, dapat disusun tetrahedron, dari segi empat dapat dibuat kubus, dari segilima dapat dibuat dodecahedron yang memiliki 12 permukaan. Pythagoras telah berpendapat bahwa bumi itu bundar dan tidak datar serta bergerak mengelilingi matahari. Ia juga membentuk suatu lembaga pendidikan dan menghimpun para muridnya serta serjana lainnya dalam Pythagoras Society yang kegiatan dalam dunia pengetahuan.
Socrates (470-399 SM) dinilai sebagai tonggak ilmu pengetahuan Yunani. Sebelumnya orang terutama mengadakan penyelididikan ha;-hal yang menyangkut alam (zaman pra-socrates), sedangkan semenjak dia banyak penyelidikan dilakukan terhadap pengetahuan yang menyangky kehidupan manusia (zaman post Socrates). Walaupin ia tidak meninggalkan karya-karya tertulis, tetapi pemikirannya dihimpun oleh Plato, seorang murid Socrates yang setia . di antaranya tentang logika yang dapat banyak mengajak manusia berpikir, yaitu adanya major premise, minor premise, dan conclusion (dibandingkan dengan dalam metode sekarang adanya induksi, deduksi, dan kesimpulan).
Leucippus (±450 SM) dan Demokritos (460-370 SM) dinilai sebagai penemu atom. Bagaimana teori atom masing-masing sulit ditentukan karena langkanya sumber tertulis sebagai pembuktiannya, sampai beberapa abad teori mereka tentang atom masih dipergunakan sebagai pegangan para ahli. Dikatakan antara lain: atom adalah materi terkecil, sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat dibagi lagi (sekarang dapat dilakukan). Bentuk atom macam-macam yang selalu bergerak tanpa ketentuan, sehingga terjadi benturan-benturan satu dengan yang lain dan menimbulkan pusaran. Bergantung dari banyaknya dan pusaran atom, maka terjadilah beraneka ragam benda. Di luar benda-benda hanya ada kehampaan (void).
Aristoteles (384-322 SM) adalah pemikiran sebelum Socrates. Ia banyak memikirkan masalah pengetahuan sosial (social science), seperti logika dan matafisika (filsafat), tetapi juga berjasa untuk ilmu pengatahuan alam. Seperti penganut aliran naturalis, ia juga mengadakan penyelidikan dan pemikiran tentang embriologi. Karena keterbatasan indera manusia, terdapat anggapan pada saat itu bahwa latar dengan sendirinya ada di ala mini (spontanea). Sedangkan untuk ayam telah diketahui perkembangannya sejak telur sampai menjadi ayam.
Archimedes (287-212 SM) sudah meningkat pemikirannya dibandingkan dengan para pakar sebelumnya karena sudah mempergunakan cara empiris yang didasarkan pada pengalaman atau percobaan. Sebagai ahli matematika, fisika, dan mekanika, ia menemukan hokum-hukum, antara lain hokum yang terkenal bahwa benda yang terapung di air akan kehilangan berat sesuia dengan air yang terdesak.

B.     IPA KLASIK DAN IPA MODERN
Banyak pendapat tentanng IPA Klasik dan IPA Modern ynag dicaturkan oleh para pakar. Pendapat pendapat tersebut masing-masing berbeda karena pada umumnya berlandaskan asas disiplin ilmu yang mereka tekuni. Pakar fisika misalnya mendefinisikan bahwa yang dimaksud IPA Klasik pengembangan ilmu fisika sebelum abad XX, sedangkan IPA Modern adalah pengembangan fisika setelah XX. Fisika Modern dimulai sejak saat munculnya teori relativitas dari Eintein (1905). Diikuti teori rediasi oleh  Max Planck (1910), sinar X oleh Rontgen (1923). Sedangkan IPa Klasik deimulai sejak awal sampai munculnya teori relativitas tersebut. Pakar biologi tentu lain pandangannya terhadap IPA Klasik dan IPA Modern.  Demikian pula dipandang dari siplin ilmu yang lain.
Secara umum, penertian IPA bukan hanya ditinjau dari satu disiplin saja, namun IPA dapat dirinci lebih lanjut meliputi berbagai disiplin ilmu.

1.      IPA Klasik
Bila ditinjau dari pengertian klasik sendiri, maka dapat diartikan bahwa yang klasik umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman, kebiasaan, atau naluri semata. Meskipun ada kreasi, namun merupakan tiruan dari keadaan alam sekitar.
Pakar fisika (dalam bahasa Yunani = alam) membedakan antara fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik atau fisika terbatas mempelajari komponen materi dari interaksi antara komponen dengan pengembangan pengamatan.
a.       Dinikmati langsung gerakan benda dalam mekanika.
b.      Penglihatan dengan teori cahaya
c.       Pendengaran dengan suara
d.      Indera rasa termodinamika
e.       Listrik magnet
Dari sini berkembang pengetahuan tentang penjumlahan vaktor yang dipakai dalam computed tomografi  (CT) atau penampang lintang tubuh dengan sinar X, magnetic resonance imaging (MRI) untuk deteksi tumor. Di samping itu, juga teori momentum linear (p=mv) yang selanjutnya dikembangkan dalam sistem terisolasi, muncul hokum kekekalam momentum maupun kekekalan energy. Listrik maupun magnet ditemukan dan berkembang dengan adanya medan posential dan energy potensial serta gaya gerak listrik induksi.
IPA Klasik secara umum, sebagai contoh digambarkan pembuatan ragi temped an juga ragi tapai; meskipun hanya berdasarkan pengalaman petani, namun tanpa didasari petani tersebut telah berkecimbung dalam bidang mikrobiologi, mikologi, dan tentu saja tidak lepas dari ilmu fisika yang mendasarinya. Contoh lain, pembuatan gula kelapa merupakan proses fisika bersama-sama kimia yang telah tinggi tingkatannya, juga membuat terasi, ikan asin, rendang, dan telor asin adalah karya dari IPA klasik. Petani pembuat/pengrajin sama sekali tidak mengetahui proses yang telah terjadi dalam mewujudkan hasil karyanya. Dengan kata lain, dianggap tabu atau pamali atau angker adalah merupakan larangan berdasarkan kepercayaan. Dengan kata lain, dianggap tabu atau pamali atau angker adalah merupakan usaha untuk mempertahankan keseimbangan lingkungan, sebagai contoh tokok tidak boleh dibunuh, ikan disuatu tempat angker tidak boleh dimakan. Mereka tidak melakukan penelitan dan pengujuan, namun hanya berdasarkan pengalaman dari nenek monyangnya.

2.      IPA Modern
IPA Modern muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah diadakan pembaharuan yang dikaitan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada. Proses canning, pengalengan ikan, buah-buahan, dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fisika, kimia, biologi, biokimia, dan sebagainya merupakan hasil perkembangan IPA yeng telah dinikmati oleh manusia.
Fisika Modern merintis dimulainya IPA Modern yang dikaitkan dengan dikemukakan teori relativitas dan kuantum yang mengambarkan sifat atom, inti, dan pertikel lain molekul zat padat. Sebagai contoh, teknologi nuklir merupakan teknologi  modern yang  dapat dimanfaatkan dalam bidang kedokteran, transportasi, angkatan bersenjata, dan berbagai bidang penelitian yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain.
IPA Modern diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian berulang kali sehingga diperoleh ilmu yang mantap,baik untuk terapan maupun ilmu murni. Banyak contoh kegiatan IPA Modern, seperti pemanfaatan energy matahari untuk kegiatan yang berkaitan dengan listrik untuk transportasi, industry, rumah tangga adalah pemafaatan foton untuk menimbulkan aliran muatan listrik (elektron) karena perbedaan panas, sehingga terbentuklah sel pembangkit listrik. Tungku sinar matahari telah banyak digunakan yang hanya berprinsip pada titik focus lensa cekung. Dengan energy panas bumi dapat diperoleh tenaga listrik. Dalam kaitan dengan alam lingkungan, untuk menciptakan suasana bersih timbul pemikiran pemanfaatan sampah sisa organism, seperti jerami, sisa tanaman-tanaman lain, dan kotoran hewan diproses dengan bantuan bakteri dalam kondisi tertentu sehingga menghasilkan gas CH4  CO2 CO H2S yang ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar. Proses di atas sering disebut sebagai energi biogas.
C.    METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA
Segala kebenararn yang terkandung dalam Ilmu Alamiah terletak pada metode ilmiah. Kelebihan dan kekurangan I.A. ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah. Sebagai langkah pemecahan atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai berikut :
1.      Penginderaan
Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak dapat diindra, maka tidak dapat diselidiki oleh I.A,. walaupun pengindraan tidak selalu langsung. Misalnya, mengenai magnetisme dan inti atom yang tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukan melalu alat-alat. Seperti halnya pikiran, tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukan dalam bentuk tingkah laku.
Agar pengidraan tetap dan benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu dapat dilakukan juga oleh orang lain. Pengindraan yang tepat adalah sulit, memerlukan waktu yang lama, dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Setiap orang dapat melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya prasangka yang melekat pada pengindera itu. Semua orang ahli hukum lebih tajam penginderaannya  terhapa saksi dari pada orang umum, demikian pula ahli musik yang indera pendengarannya lebih tajam. Namun, penginderaan yang tepat dapat diperoleh dengan latihan dan menggunakan alat-alat yang telah ditera.
untuk meminimalkan subjektivitas pengindraan, sering kali pengamatan menggunakan instrumen standar. Contohnya, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan kulit atau tangan, tetapi perlu dengan termometer.
2.      Masalah atau problem
Setelah pengindraan dan perenungan dilakukan, langkah kedua adalah menemukan masalah. Dengan kata lain, membuat pertanyaan : apakah yang ditemukan melalu pengindraan itu ? mengapa begitu ? bagaimana hal itu terjadi ? dan seterusnya. Pengindraann yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuwan jelas berada karena ilmuawan menunjukan kuriositas yang tinggi. Pertanyaan – pertanyaan seperti tersebut diatas hendaknya relevan dan dapat diuji. Pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
Secara umum, untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan” bagaimana ? ” atau “ apa? “. Pertanyaan “ mengapa ? “ minimbulkan kesukaran, dan sering diganti”  Bagaimana ? “ atau “ apa ?. “ pertanyaan” Mengapa Alam ini ada ? “ termasuk kategori yang tidak dapat diuji sehingga hal itu tidak termasuk bidang I.A.
3.    Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan jawaban itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Dalam I.A dugaan sementara itu disebut hipotesis untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, diperlukan fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau experimen. Bila data tidak mendukung hipotesis, harus disusun hipetesis baru.
Hipotesis, kecuali didukung oleh data agar mudah dibuktikan harus bersifat sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh. Dalam membuat hipotesis, tidak asal saja, walaupun dalam sejarang pernah terjadi, yaitu ketika Kekule, seorang ahli ilmu kimia bangsa Jerman membuat hipotesis tentang struktur zat kimia benzena. Pada suatu malam, setelah menghadiri pesta yang banyak menghidangkan alkohol, Kekule bermimpi adanya enam ekor kera yang menyusun diri saling menggigit ekor sehingga terbentuk konfigurasi lingkaran segi enam. Rumus benzena yang disusun berdasarkan hepotesis Kekule itu pada saat ini merupakan rumus yang dapat menghasilkan 400 jenis senyawa yang banyak diproduksi dalam industri kimia.
Keadaan yang ideal untuk membuktikan kebenaran suatu hepotesis adalah melalu pengujian dengan eksperimen.
4.      Eksperimen
Eksperime atau percobaan merupakan langkah ilmiah ke empat. Pada titik ini, L.A dan non L.A dapat dipisahkan secara sempurna.
Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun pertanyaan, dan menduga jawabannya. Namun orang biasa akan berhenti sampai disitu saja. Sebaliknya, seorang ilmuan tidak akan berhenti sampai disitu, tetapi akan meneruskan pertanyaan, “ Mana buktinya ? “ Dalam Sejarah, cara demikian merupakan suatu cara untuk mengilangkan pendapat umum yang emosional, tidak didukung oleh bukti. Pendapat atau jawaban atas masalah yang tidak dapat didukung oleh bukti merupakan ilusi dan tidak bijaksana. Eksperimen dapat menujukan bukti, sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau alamiah. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama sehingga semua faktor dapat dikendalikan dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.
Sebagai ulasan, akan dikemukakan hal berikut. Pada permulaan musim hujan, kita melihat gejala bahwa beberapa jenis lampu, misal lampu pijar, neon atau T.L., dan merkuri pada malam hari dikerumuni berbagai jenis serangga. Gejala ini membangkitkan suatu hipotesis bahwa serangga tertarik pada sinar tertentu tetapi tidak tertarik pada sinar yang lain.
   Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dirancang suatu eksperimen dilaboratorium dengan menggunakan berbagai jenis serangga, misalnya : laron, lalat rumah, lalat buah, nyamuk, belalang dan sebagainya. Sedangkan untuk sinarnya dipakai beragai sinar, misalnya : merah, biru, hijau, kuning, dan sebagainya. Dari hasil percobaan ternyata serangga tertarik pada sinar biru dan tidak tertarik pada sinar lain.
D.    KRITERIA ILMIAH
Kriteria atau patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau tidak benarnya sesuatu untuk masuk status tertentu. Pengetahuan persatuan kategori ilmu pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni : teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.
Sebagaimana telah ditemukan bahwa ilmiah Alamiah mempelajari segala sesuatu didalam semesta ini sehingga alam semesta menjadi objek. Tujuan ilmu alamiah menurut beberapa ahli adalah mencari kebenaran tentang objeknya, dan kebenaran itu bersifat relatif Alam semesta sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan sebagainnya. Oleh karena itu, tidak mungkin ilmu alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang dapat dicapai oleh ilmu alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum diketahui. Meskipun demikian, yang penting adalah sesuai dengan tujuan ilmu alamiah, yakni mencapai kebenaran, yang sesuai dengan objeknya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif .
Untuk mecapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur dan metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah (sceientific method). Dengan prosedur atau metode ilmiah tersebut akan dicapai kebenaran yang merupakan keputusan atas objeknya dan dirumuskan secara tertentu. Namun, keputusan mengenai, keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain tidaklah bersifat khusus karena hal itu bukan tujuan ilmu pengatahuan yang mecari kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, sepotong logam jika dipanasi akan memuai, peristiwa itu tidak hanya berlaku untuk logam besi, tetapi berlaku untuk semua logam dan berlaku disemua tempat dialam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara umum mengenai suatu objek, walaupun hanya mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan diklasifikasikan, yang terbukti decara signifikan. Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa pengetahuan tentang suatu objek mencakup berbagai aspek lain sehingga timbul ketergantungan satu dengan lainnya.
E.     METODE ILMIAH
metode ilmiah adalah prsosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Menurut senn, metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuai yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi, metode ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode.

     Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu atau dikatakan ilmiah adalah sebagai berikut.
a.    Objyekti, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris.
b.   Metodik, artinya pengatahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
c.    Sistematik, artinya pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem dimana satu sama lain saling berkaitan dan saling mejelaskan, sehingga seluruhnya merupaka satu kesatuan yang utuh.
d.   Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi semua orang dengan cara eksprimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Pengetahuan yang dapat melalu metode ilmiah diharapkan mempunyai karakteristik – karakteristik tertentu, yakni sifat rasional dan teruji, sehingga memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengatahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, metode ilmiah menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam membangun tubuh dan pengetahuannya.

Cara berfikir deduktif adalah cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus dari pertanyaan yang bersifat umum. Pengarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogismos, yang disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan. Pertanyaan yang mendukung silogismos ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis menor. Kesimpulan merupaka pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif  berdasarkan ke dua premis tersebut.

Cara berfikir deduktif terkait dengan rasionalisme, yang memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara berfiir deduktif berdasarkan pada kriteria kebenaran koherensi atau teori koherensi. Rasionalisme adalah paham yang berdapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran.

Teori koherensi adalah suatu pertanyaan yang dianggap benar bila pertanyaan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang dianggap benar. Namun dengan demikian, penjelasan yang bersifat rasional dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final. Sebab, meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada primes-primes ilmiah yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah primes ilmiah yang tersedia, yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh karena itu, dalam metode ilmiah, disamping digunakan cara berfikir deduktif, digunakan pula cara berfikir induktif.

Cara berfikir induktif terkait dengan empirisme, dimana dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung. Oleh karena itu, cara berfikir induktif berdasarkan pada kriteria kebenaran, korespondensi atau teori korespondensi.

Empirirsme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Menurut teori korespondesi, suatu pertanyaan dianggap benar jika materi pengetahuan yanng dikandung pertanyaan itu berkoresponden ( berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pertanyaan tersebut.

Dengan metode ilmiah, pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris. Secara rasioanal, maka ilmu menyesun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmua memisahkan pengatahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Secara sederhana, hal itu berarti bahwa semua ilmu ilmiah harus memenuhi dua syarat utama, yaitu sebagai berikut.
a.    Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
b.   Harus cocok dengan kata-kata empiris, bersebab teori yang bagaimanapun konsistennya, kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
F.     KRITERIA ILMIAH
Kriteria atau patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau tidak benarnya sesuatu untuk masuk status tertentu. Pengetahuan termasuk kategori ilmu pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni : teratur,sistematis,berobjek,bermetode, dan berlaku secara universal.
      Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Ilmu Alamiah mempelajari segala sesuatu di alam semesta di alam semesta ini sehingga alam semesta menjadi objek. Tujuan Ilmu Alamiah menurut beberapa ahli adalah mencari kebenaran tentang objeknya, dan kebenaran itu bersifat relatif. Alam semesta sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas, misalnya aspek fisis, aspek kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan sebaginya. Oleh karena itu, tidak mungkin Ilmu Alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang dapat dicapai oleh Ilmu Alamiah hanya satu atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum diketahui. Meskipun demikian, yang penting adalah sesuai dengan objeknya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif.

      Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah (scientific method). Dengan prosedur atau metode ilmiah tersebut akan dicapai kebenarannya yang merupakan keputusan atas objeknya, dan dirumuskan secara tertentu. Namun, keputusan mengenai, keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain tindaklah bersifat khusus karena hal itu bukan tujuan ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran yang bersifat umum. Misalnya, sepotong logam jika dipanasi akan memuai. Peristiwa itu tidak hanya berlaku di semua tempat di alam semesta ini. Dengan demikian, hukum itu berlaku secara umum mengenai suatu objek, walaupun hanya mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan, diorganisasikan, dan diklasifikasikan, yang terbukti secara signifikan. Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa pengetahuan tentang suatu objek mencakup berbagai aspek lain sehingga timbulnya ketergantungan satu dengan lainnya.     
G.    KETERBATASAN DAN KEUNGGULAN METODE ILMIAH
       Seperti telah di jelaskan di muka ciri khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) sifatnya objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :
a.       Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia.
b.      Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut, hal ini dapat menjurus ke arah mencari kebenaran itu terus menerus.
c.       Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui suatu proses yang teratur.
d.      Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka, tetapi berpikir terbuka atau objektif,
e.       Suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran.
f.       Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
g.      Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah besar.
           Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca indera kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan yang diambil dari fakta-fakta yang keliru itu juga akan keliru. Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau pengetahuan termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bersifat tentatif.
Artinya, sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak dan membuktikan kesalahan kesimpulan sebelumnya, maka kesimpulan itu dianggap benar.
            Sebagai contohnya adalah teori abiogenesis yang dicetuskan oleh Aristoteles bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati, cacing berasal dari tanah sempat bertahan ratusan tahun sebelum ada teori baru yang menumbangkannya. Setelah Fransisco Redi dengan eksperimennya membuktikan bahwa makhluk hidup terjadi dari makhluk hidup pula. Contoh lainya adalah paham geosentris yang kemudian diganti dengan heliosentris. Kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulam ilmiah bisa saja berubah sesuai dengan perkembang ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu Ilahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
             Metode ilmiah memang tidak sanggup mengjangkau untuk menguji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan buruk suatu sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
H.    PERAN MATEMATIKA DALAM IPA
        Menurut pemikiran, saat dimulainya manusia menulis sama dengan awal dimulanya hitungan, kiraa-kira 1000 tahun sebelum masehi. Tulisan merupakan simbol, sedang berhitung pada awalnya merupakan persatuan objek yang dihitung. Matmatika adalah alat bantu untuk mengatasi sebagai permasalah dalam permasalahan hidup manusia. Tanpa matematika, IPA tidak akan berkembang karena IPA menggantungkan pada metode induksi. Dengan induksi tidak mungkin manusia dapat mengukur jarak antara bumi dan matahari, bahkan mengetahui keliling bumi pada zaman dulu tidak mungkin. Ternyata penggabungan antara metode induksi dengan deduksi Erasthotenes  240 SM dapat menghitung keliling bumi.
        Contoh – contoh sumbangan matematika terhadap IPA antara lain sebagai berikut.
a.       Hyparchus dapat mengukur jarak dari bumi ke bulan yang diilhami ajaran Aristoteles yang menyatakan bumi, bulan, dan matahari suatu saat berada dalam satu garis lurus.
b.      Arisoteles menghitung jarak bumi ke matahari. Hanya karena kesalahan teknis perkiraannya meleset. Saat itu jarak bumi ke matahari 20 X jarak bumi ke bulan, sedang sebenarnya 400 kali.
c.       Pythagoras menghitung benda-benda dengan segi banyak.
d.      Apollomeus menghitung benda yang bergaris lengkung.
e.       Keppler (1609) menghitung jarak peredaran yang berbentuk elips dari planet-planet.
f.       Galileo (642) dapat menetapkan hukum lintasan gerak peluru, gerak, dan percepatan.
g.      Huygens (1695) dapat memecahkan teka-teki adanya cincin saturnus, perhitungan kecepatan cahaya 600.000 x kecepatan suara.
Dari gambaran tersebut tampak jelas bahwa perkembangan IPA sangat didukung oleh matematika. Tanpa matematika orang tidak akan dapat menghitung kecepatan sinar dan tanpa mengetahui kecepatan sinar manusia tidak akan dapat mengukur jarak antara benda-benda angkasa. Lebih-lebih lagi dengan ditemukan teknologi komputer manusia semakin jauh dapat mengetahui tentang IPA. Bagaimana manusia akan dapat mengendalikan pesawat angkasa dari jarak jutaan kilometer dari bumi tanpa bantuan perhitungan matematika?





Daftar Pustaka

Jasin,M. (2006). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADI

Widyosiswoyo, S. Soewandi, H. Dan Nizamuddin, H. (2004). Ilmu Alamiah Dasar. Bogor
            Selatan: Ghalia Indonesia

Wakhidah,N. Utami, U. Dan Turmudi, H. (2007). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta :
            Prestasi Pustaka