Monday, September 4, 2017

Penjelasan Kandayu Basarah




Kandayu ialah nyayian Suci Umat Hindu Kaharingan yang dinyayikan secara besama pada saat melakukan Persembahyangan/Basarah
A.      Kandayu Mayarah Sangku Tambak Raja
kandayu ini berisikan ungkapan tentang maksud dan tujuan Upacara Persembahyangan Basarah, dengan maksud menyerahkan Sangku Tambak Raja beserta segala isinya kepada RANYING HATALLA LANGIT melalui Persembahyangan Basarah.
Kemudian kita memohon kepada RANYING HATALLA LANGIT agar dapat memberikan Sinar Suci  KekuatanNya bagi kehidupan manusia agar dalam menjalani kehidupan ini senantiasa mendapat bimbingan dalam berpikir yang baik, berkata yang benar serta bebuat yang baik pula.
B.      Kandayu Mantang Kayu Erang
Kandayu Mantang kayu Erang dinyayikan setelah Pandehen, Pandehen adalah yaitu penyampaian penjelasan ayat-ayat Suci Panaturan oleh  Rohaniawan. Isi Kandayu Mantang Kayu Erang ini, menceritakan tentang perjalanan Banam Tingang Mandulang Bulau Untung Aseng Panjang pada saat Balian Balaku untung.
Didalam melaksanakan upacara balian Balaku Untung kita akan mendengar perjalanan Banama Tingang yang dibawakan oleh Raja Telu Hakanduang yaitu Raja Tunggal Sangomang, Raja Mantir Mamaluhing Bungai dan Raja Linga Rawing Tempun Telun mendapatkan anugerah dengan berkat dari RANYING HATALLA LANGIT beserta seluruh manifestasinya, agra manusia di dalam kehidupan selalu mendapatkan rejeki murah, umur panjang, sehat sejahtera dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan hakekat ini pula yang diambil dalam melaksanakan Basarah bagi Umat Kaharingan.
C.      Kandayu Parawei
Kandayu Parawei, dinyayikan sebelum do’a penutup Basarah yang isinya adalah mengandung ungkapan rasa syukur dan terima kasih Umat Kaharingan atas penciptaan alam semesta ini dengan segala isinya. Kandayu ini bertujuan agar Umat Kaharingan selalu dapat memelihara keseimbangan kehidupan dengan alam semesta dengan bebuat baik sehingga hakekat yang ingin dicapai, yaitu kedamaian yang abadi dapat terwujud dengan sempurna.
D.      Kandayu Mambuwur Behas Hambaruan
Kandayu Mambuwur Behas Hambaruan dinyayikan untuk mengiringi petugas menempatkan Behas Hambaruan kepada semua peserta Basarah, mengoleskan telur ayam dan meneteskan Undus serta memercikkan Tampung Tawar. Bersama dengan itu pula peserta Upacara Basarah menerima anugerah dari RANYING HATALLA LANGIT yang telah dimohonkan dalam pelaksanaan Basarah (Persembahyangan). Kandayu ini terdiri dari tujuh bait yang disesuikan dengan jumlah Behas Hambaruan dalam satu bungkusan yaitu berjumlah tujuh biji. Dengan maksud sesuai pula dengan manifestasi RANYING HATALLA LANGIT yang disebut RAHA UJU HAKANDUNG, KANARUHAN HANYA BASAKATI untuk menyampaikan anugerahNya kepada seluruh peserta Upacara Basarah. Kandayu ini dapat diulang-ulang sesuai keperluan sampai selesai pelaksanaan Mambuwur Behas Hambaruan.
Lirik Kandayu Mambuwur Behas Hambaruan ini berisikan harapan dan do’a yang telah di anugerahkan oleh RANYING HATALLA LANGIT dapat menyatu dan berguna didalam kehidupan kita sehari-hari dan oleh sebab itu kendaknya diikuti dengan sungguh-sungguh dan hikmat.


sumber : Talatah Basarah MDAHK.PP 2008

Pengertian Agama



            Kata agama berasal dari bahasa Sanserketa yang pengertiannya menunjukan adanya kepercayaan manusia berdasarkan Pesan atau Wahyu dari Tuhan, Ranying Hatalla Langit.
            Dalam arti Liguisrik kata agama berasal dari “A-GAM-A”, kata “A” berarti Tidak kata “GAM” berarti Pergi atau Berjalan sedangkan kata akhiran “A” merupakan kata sifat yang menguatkan yang kekal. Jadi istilah “AGAMA” berarti Tidak Pergi, Tidak Berjalan atau Tetap Kekal. Sehingga pada umumnya kata Agama mengandung arti pedoman Hidup Yang Kekal. Hal ini dikemukakan oleh ; Prof. Hilman Hadikusuma,SH,1993 ; 16.
            Agama juga dirumuskan sebagai suatu sistim Sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan Non Empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat pada umumnya. Agama iyalah suatu kepercayaan kepada Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan itu. Dengan definisi ini maka Bahasa (sembahyang), Balian, melakukan kebijakan kepada sesama manusia adalah agama.
            Sumber dari agama itu sendiri adalah Pesan atau Wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa, Ranying Hatalla Langit. Tuhan merupakan sandaran yang paling kuat untuk menegakkan ketabahan hati dalam beragama.


Sumber : Talatah Basarah, Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Pulang Pisau ( MDAHK.PP)

BERAS (BEHAS)



BERAS (BEHAS)

Dalam Bahasa Sangiang, Beras (behas) disebut dengan nama “BEHAS MANYANGEN TINGANG”; pemakaian behas berdasarkan methologi AGAMA KAHARINGAN, bahwa pada masa penciptaan alam semesta, RANYING HATALLA LANGIT menciptakan beras untuk menjaga kelangsungan hidup RAJA BUNU yang menjadi asal mulat Umat Manusia di dunia ini dan kelangsungan hubungan dengan RANYING HATALLA LANGIT. Dari methologi tersebut Umat KAHARINGAN yang merupakan keturunan RAJA BUNU mayakini bahwa didalam Beras itu telah terkandung kekuasaan RANYING HATALLA LANGIT sehingga menjadi sarana yang menghubungi manusia dengan RANYING HATALLA LANGIT. Terbukti, bahwa penggunaannya dalam ayat suci Manawur yang berbunyi: “Balang Bitim jadi Isi, Hampuli Balitam jadi Daha, Dia Balang Bitim Injamku akan Duhung Luang Rawei Pantai Danum Kalunen, Isen Hampuli Balitam Bunu Bamban Panyaruhan Tisui Luwuk Kampungan Bunu”, yang artinya : Behas Manyangen Tingang adalah bukan saja sebagai kelangsungan hidup manusia, ia juga sebagai perantara dengan Yang Maha Kuasa RANYING HATALLA LANGIT serta sebagai perantara pula antara manusia dengan para Leluhur.
Sumber : Talatah Basarah, Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Pulang Pisau ( MDAHK.PP)

Sangku

SANGKU

Sangku, biasanya digunakan pada upacara keagamaan, lebih-lebih pada Upacara Basarah. Dalam Bahasa Sangiang disebut dengan nama “SANGKU TAMBAK RAJA, SAPARANGGUN DALAM KANGANTIL BAWAK LAMIANG”, dengan istilah atau nama tersebut, berarti sangku itu telah dilengkapi dengan alat-alat Upacara Basarah.
Dalam upacara basarah, Sangku Tambak Raja ditempatkan diatas meja kecil, sehingga tambak lebih tinggi dari lantai tempat duduk, diatas meja kecil sangku diletakkan diatas alas kain yang bersih, yang berwarna warni selain warna hitam.
Sangku Tambak Raja merupakan perwujudan dari seluruh kemahakuasaan Ranying Hatalla Langit sebagai simbol penyatuan bathin Umat Kaharingan yang melaksanakan Basarah kepada RANYING HATALLA LANGIT; oleh karena itu Sangku Tambak Raja selalu ditempatkan ditengah-tengah tempat Basarah.

Sumber : Talatah Basarah, Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Pulang Pisau ( MDAHK.PP)