sintungtelu.blogspot.co.id – Beras sebagai
alat komunikasi lazim di dengar bagi telinga orang awam, sedangkan bagi suku
Dayak yang ada di Kalimantan Tengah terkhususnya yang masih berpegang teguh
pada ajaran leluhur yaitu Hindu Kaharingan yang mempercayai bahwa manusia
adalah keturan dari Raja Bunu pasti tidak asing lagi dengan pernyataan ini. Di Indonesia
sendiri makan pokok pada umunya adalah beras yang dimasak menjadi nasi. lalubagaimana bisa Beras Sebagai Alat Komunikasi? dalam hal ini Hindu Kaharingan
mempercayai fungsi beras tidak hanya sebagai makan pokok melainkan juga
sebagai sarana untuk berkomunikasi. Perlu
digaris bawahi komunikasi yang saya maksudkan disini adalah dalam kontek
hubungan manusia dengan Pencipta, yaitu sebuah alat/benda yang menjadi sarana
menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.
Dalam
methologi Hindu Kaharingan, pada masa penciptaan alam semesta, Ranying Hatalla
Langit Tuhan Yang Maha Esa menciptakan beras untuk kelangsungan kehidupan Raja Bunu
dan kelangsungan hubungan dengan Ranying Hatalla Langit itu sendiri, sehingga
diyakini sebagai sarana yang akan menghubungkan manusia dengan Tuhan dan segala
manifestasinya. Dalam Bahasa Sangiang Beras/Behas disebut dengan nama “Behas Manyangen Tingang”. Lalu bagaimana
caranya penggunaan beras bisa menjadi alat Komunikasi Bagi Manusia dengan Tahun
dan segala Manifestasinya? Sebelum menjawab itu saya akan mengutip Ayat Suci
Manawur yang berbunyi demikian “Balang
Bitim jadi isi, Hampuli Balitam Jadi Daha, Dia Balang Bitim Injamku akan Duhung
Luang Rawei Pantai Danum Kalunen, Isen Hampuli Balitam Bunu Bamban Penyaruhan
Tisui Luwuk Kampungan Bunu” yang artinya Behas Manyangen Tingang adalah
bukun saja sebagai kelangsungan hidup manusia, ia juga sebagai perantara
manusia dengan Yang Maha Kuasa Ranying Hatalla Langit serta sebagai perantara
pula antara Manusia dengan para Leluhur.
Baca Juga: Tiwah Pertama yang Menjadi Contoh/Suntu
Pengunaan beraspun
sehingga sebagai alat komunikasi kita kepada Tuhan dan segala manifestasinya
dan pula antara manusia dengan para leluhur adalah dengan Batawur/Manawur/Tawur,
Tawur sendiri merupakan serangkaian upacara keagaman yang tujuannya adalah
melakukan sebuah hubungan/komunikasi dengan Tuhan atau lebih jelasnya adalah
hubungan antara manusia dengan dewa-dewa segala manifestasi Tuhan serta roh-roh
suci leluhur yang disebut Sahur Parapah. Batawur sendiri adalah memohon atau doa yang dilantunkan menggunakan
Bahasa Sangiang, sehingga bisa membangunkan roh yang terkandung dalam behas
tawur dengan mantra-mantra atau doa tadi. sehingga datanglah Bawin Tawur
disitulah seorang Rohaniawan Basir atau orang yang melantunkan doa tawur
meminta kepada Bawin Tawur untuk menyampaikan maksud dan permohonan kita.
Batawur/Manawur
sendiri tidak sembarangan sehingga beras yang kita tebar tidak terbuang sia-sia
melaikan dengan tujuan yang baik, selain penggunaan beras saat Batawur, Hindu
Kaharingan juga menggunakannya saat Upacara Basarah/Sembahyang sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan segalan Manifestasinya yaitu di Behas Hambaruan.
Behas Hambaruan adalah beras yang dipilih dari beras biasa yang bersih bening
dan tidak sedikitpun cacat. Untuk jumlah Behas Hambaruan yang dipilih tadi
yaitu sebanyak 7 (Tujuh) biji beras, 7 biji Beras Hambaruan ini melambangkan
wujud Raja Uju Hakanduang, Kanaruhan Hanya Basakati yang merupakan kekuatan dan
kekuasaan Ranying Hatalla Langit.
Beras Hambaruan
yang sudah dipilih tadi di bungkus dengan menggunakan kain putih, bersama
dengan sarana prasarana yang lain Behas Hambaruan disimpan ditengah-tengah
Sangku Tambak Raja berdampingan dengan Dandang Tingang. Seusai Persembahyangan
Basarah sembari melantunkan Kandayu Mambuwur Behas Hambaruan, Beras Hambaruan tadi
akan dibuka, biasanya behas hambaruan yang tadi berjumlah 7 biji biasanya akan
bertambah 1 menjadi 8 dan dengan tanda lain-lain seperti beras yang bening tadi
dipilih menjadi hariten atau nanteluh. Artinya segala kegiatan persembahyangan
kita diterima oleh Tuhan dan diberikannya anugrah dan diterima oleh seluruh
peserta Upacara Basarah.
Baca juga: Lihat Zodiak Mu Disini
Nah itu dulu
ulasan sedikit saya mengenai Beras Sebagai Alat Komunikasi, dimana Umat Hindu
Kaharingan mempercaya segala yang diciptakan oleh Tuhan memiliki fungsi dan
manfaat yang baik untuk kelangsung Hidup manusia, tapi terkadang karena
keterbatasannya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang membuat ketidak tauan. Dengan
melakukan Upacara Tawur atau Basarah umat Hindu Kaharingan percaya dengan
kegiatan sacral ini adalah sarana bagi manusia untuk berkomunikasi dan
mendekatkan diri dengan Tuhan dan segala manifestasinya dan juga dengan para
dewa, sahur parah dan roh-roh suci leluhur. (RAI)
Lebih Mudah Melihat Isi Blog Klik Disini
Baca Juga:
No comments:
Post a Comment