Tuesday, July 25, 2017

Awal Mula Burung Tingang dan Arti Warna Bulu Ekor Tingang

sintungtelu.blogspot.co.id – Hutan rimba yang ada di Kalimantan menyimpan sejuta keindahan mulai dari tumbuhan yang hidup disepanjangan hutan memiliki manfaat sehingga bisa digunakan sebagai obat tradisonal. Keindah tersebut melingkupi mahluk hidup penghuni hutan yaitu para satwa yang beraneka jenis menyimpan keindahan dan keunikannya masing-masing, tidak lepas dari itu selain memiliki keuningan dan keindahan, salah satu satwa yang sangat erat dengan kehidupan orang dayak adalah Burung Tingang, disetiap bagian tubuh dari burung Tingang menjadi lambang atau simbol ciri khas dayak, dan simbol burung tinggang pun bisa kita temukan hampir disemua ruang masyarakat dayak dari lukisan, ukiran, pakaian, dan juga di Palangka Raya dijadikan salah satu icon di Bundaran Burung, dan yang masih berpegang teguh kepada ajaran Helu/Kaharingan bulu Ekor Tingang menjadi pelengkap sarana Basarah/Sembahyang.

Awal Mula Burung Tingang dalam ajaran Hindu Kaharingan Burung Tinggang memiliki sejarah yang luar biasa sehingga dalam pelaksanan upacara ritual dan juga basarah tidak lepas dari Bulu Ekor Tinggang, dalam bahasa Sangiang Bulu Ekor Tingang disebut dengan “Dandang Tingang” menurut methologi Agama Hindu Kaharingan burung Tingang adalah salah satu yang merupakan penciptaan dari Ranying Hatalla Langit Tuhan Yang Maha Esa yang awal mulanya adalah melalui perubahan wujud dari Luhing Patung Tingang yang berisi Air Suci Kehidupan “Nyalung Kaharingan Belum” yang terlepas saat Raja Bunu membawanya untuk menghidupkan Kameluh Tanteluh Petak, yang terbang menukit tinggi keatas menjelma menjadi Tingang Rangga Bapatung Nyahu. Saat itulah awal mula penciptan Burung Tingang yang terdapat pada Kitab Suci Panaturan Pasal 27 Ayat 20 dan 21 yang berbunyi:

Ayat 20 “Limbah jadi Luhing Patung Tingang Basuang Nyalung Kaharingan Belum, Guhung Panaling Aseng, Kilen kea Luhing Patung Tingang palus nganderang hayak nunjung taribangae” yang artinya setelah Luhing Pantung Tingang tadi berisi Air Suci kehidupan, tiba-tiba saja Luhing Patung Tingang terlepas terbang menukit tinggi keatas, seraya ia bersuara.

Ayat 21 “Hayak Auh Nyahu Batengkung Ngaruntung Langit, homboh Malentar Kilat Basiring Hawun, Luhing Patung Tingang basaluh manjadi Tingang Rangga Bapantung Nyahu” yang artinya Bersama bunyi Guntur Menggemuruh memenuhi alam semesta, Petir Halilintar menggetarkan buana, Luhing Pantung Tingang kajadian manjadi Tingang Rangga Bapantung Nyahu.

Semenjak itulah awal mula kejadian adanya Burung Tingang  sampai sekarang ini sangat dilindungi oleh umat Hindu Kaharingan, kejadain itu terjadi di Lewu Batu Nindan Tarung, Rundung Kereng Liang Bantilung Nyaring yaitu suatu tempat di alam Atas atau di Tasik Rampang Matan Andau. Burung Tingang “Tingang Rangga Bapatung Nyahu” langsung menepati Lunuk Jayang Tingang, Baringin Tulang Tambariring di Pantai Danum Sangiang.

Salah satu Cri khas Burung Tingang memiliki bulu ekor berwarna hitam dan putih, dimana hitam dihimpit oleh warna putih, memiliki paruh yang cantik, suara yang khas, lantang dan gagah, ukuran tubuh cukup besar, dan burung ini dikenal burung yang sangat setia. Dalam kepercayaan Hindu Kaharingan bulu ekor tingang memiliki makna tersendiri oleh karena itu saat Basarah bulu Ekor Tinggang pasti digunakan dan diletakkan ditengah-tengah dalam sangku, arti atau simbol dari bulu Tingang ini adalah warna putih di atas, diartikan alam kekuasaan Ranying Hatalla Langit, warna hitam di tengah, artinya alam kehidupan manusia di Dunia “pantai danum kalunen” yang penuh dengan pertentangan antara kebenaran (Dharma) dan ketidakbenaran (Adharma), sedangkan warna putih di bawah memiliki arti kesucian yang dapat dicapai manusia melalui sebuah usaha individu melawan ketidak benaran, bila dihubungkan dengan upacara keagaman yaitu sampai kepada Upacara Tiwah (Rukun Kematian Tingkat Akhir Agama Hindu Kaharingan). 

Baca juga, Suntu/Contoh Pertama Tiwah yang Menjadi Pedoman Bagi Hindu Kaharingan

Untuk mengambil Ekor Burung Tingang pun masyarakat mencari yang sudah mati lalu Bulunya diambil dan disimpan sebagai sarana ritual keagaman. Seiring perkebangan zaman sekarang burung yang termasuk spesies yang dilindungi ini di anggap sebagai lambang kesucian, perdamain dan persatuan kini hampir punah dan langka dan sangat sulit ditemukan di Hutan, berkurangnya populasi Burung Tingang disebabkan sebagian habitat rusak oleh penebangan liar, membakar hutan bertuan dan tidak bertanggung jawab, ditambah lagi ulah para pemburu liar yang tergiur akan harga paruh dan bulu burung Tingang yang sangat mahal. Jangan sampai anak cucu kita hanya bisa mendengar cerita, membaca sejarah, melihat foto/gambar dan video, perlu diketahui juga keindahan alam salah satunya adalah hadirnya para satwa, untuk mendapatkan suatu yang indah terkadang kita harus mengeluarkan uang yang banyak atau bisa dikatan mahal, untuk mendapatkan keindah alami kita tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak melainkan cukup mebayar dengan menjaga dan merawatnya. (RAI)
Sumber Foto : http://twicsy.com/i/7mobWd

2 comments: