Friday, July 28, 2017

Menyangah Sedikit Postingan Mengenai: Sejarah Singkat Sanaman Lampang & Mantikei"

Sumber : Facebook Alfi
sintungtelu.blogspot.co.id - Kali ini saya ingin membuat sanggahan sedikit tentang Status seorang pemuda pengguna Facebook yang memposting “Sejarah Singkat Sanaman Lampang & Mantikei” dari buku Sanaman Lampang “Besi Mengapung” yang ditulis oleh Ibu Nila Riwut. Bunyi status seorang pemuda tersebut berbunyi demikian dan saya lampirkan screenshot statusnya.

Sejarah singkat Sanaman Lampang & Mantikei Diyakini bahwa pada masa awal penciptaan, dibukit batu Nindan Tarung Kereng Liang Bantilung Nyaring yang letaknya di alam atas, telh hadir tga saudara kembar. Mereka adalah putra dari Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kahungkup Bungking Garing. Olh kedua org tuanya, ketiga putra yg lhir bersamaan tersebut diberi nama : Raja Sangen, Raja Sangiang ,dan Raja bunu. Setelah Meningkat dewasa, pada saat ketiganya mandi dtepian sungai dibukit batu nindan tarung kereng liang bantilung nyaring, mereka menemukan sepotong sanaman(besi) yg ujungx timbul di permukaan air dan bagian pangkalx tenggelam. Besi tersebut berasal dari Ranying Hatalla dan Jata Balawang Bulau yang memng diberikan kepd mereka bertiga. Setelah temuan dilaporkan dan di bicara kan bersama dengan ayahanda mereka, lalu mereka sepakat bahwa besi tersebut dijadikan pusaka yg berbentuk MANDAU, mandau yg terbuat daei besi yg timbul diberi nma sanaman lampang dan menjadi milik Raja Sangen dan Raja sangiang krena pada saat ditemukan mereka berdualah yg pertama kali menyentuhnya. Raja Bunu mendapat pusaka yg dibuat daei besi yg tenggelam dan diberi nm sanaman mantikei setelah pusaka dterima, mereka menjadi sangat gemar berburu.
Suatu hari, ayah mereka berpesan agar apabila mereka berburu, jgn menuju BUKIT ENNGANG PENYANG. Semula larangan tersebut mereka taati, namun akhirnya tidak mereka pedulikan. Di bukit ENGGANG PENYANG mereka bertemu GAJAH BAKAPEK BULAU, Unta hajaran Tandang Barikur Hintan. Ketika tiga bersaudara berebut binatang buruannya, suara mereka terdengar olh ayahandanya. Tunggul Garing Janjuhuman Laut segera mencari dan menyusul ketiga putranya. Pada saat itu raja sangen menikam gajah buruan mereka dengan pusakanya hingga darah bercucuran. Ketika luka tersebut diusap olh ayah mereka manyamei, luka tersebut pulih tanpa bekas. Begitu pula ketila RAJA SANGIANG melakukan hal yg sma. Akan tetapi ketika RAJA BUNU menikam gajah tersebut, luka akibat tikamannya tidak dapat disembuhkan sekalipun telah diusap olh ayah mereka. bahkan pada akhirnya GAJAH BAKAPEK BULAU, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan mati.
Salam Tabe akan pahari,mama mina samandiai ......!!! Amun tge dai lanjutan penjelasan mohon ditambahkan......?? Awi aq baya menulis je tge melai buku tuh ih En mohon maaf mun tge penulisan je sala lh. Hehehhee”

Tulisan tersebut di post pada tanggal 28 Juli 2017 pukul 20.19 WIB oleh pemiliki akun facebook atas nama Alfi. Tidak berselang lama tulisan tersebut dihampiri oleh beberapa pengguna facebook lainnya, dengan beragam komentar ingin mengklarifikasi status tersebut, karena status tersebut identik dengan kepercayaan Hindu Kaharingan kisah tentang Raja Bunu, Raja Sangen dan Raja Sangiang yang di Anugrahkan Oleh Ranying Hatalla Langit Jatha balawang Bulau Tuhan Yang Maha Esa sebuah Sanam Lampang dan Leteng (Sanaman “Besi” Lampang “Mengapung” dan Leteng “Tenggelam”).

Salah satu pengguna Facebook atas nama Andri Ptra’kalteng menyanggah demikian “dha bara gajah bakapek bulau te je jadi amas intan dak jemahasur mambisa lewu dayak, amun mantikei kau maff lah bara daha rajan bawuy dak basaluh jadi batu.. baracun jia tau sembarang kalunen mimbing ah.. nah pas tege ank raja bunu dak ara te pangkalima sampung balauku dohop dengan sahabat je gaib due biti hapa manduan sanaman jite,, palus ih ye mangua jdi mandau..,jdi te senjata pertama uluh dyk dohong beken mandau, mandu haru kadue.. dak, sedang kan je tau manguwan mandau sanaman mantikei tikas keturan sampung deng bungai ewen ih dak

Pemuda pemilik status pun menTag mungkin kerabat atau saudaranya ingin memastikan kembali yang mana yang benar karena ada sebuah sanggahan bahwa pusakan yang dibuat dari besi tersebut menjadi Dohong, yang dia tulis besi yang didapatkan Raja Bunu, Raja Sangen dan Raja Sangiang dibuat menjadi pusaka yang berbentuk Mandau.

Berbagai komentar pun bermunculan ingin meluruskan yang sebenarnya, termasuk Basir Akon Alpianto Rohaniawan Hindu Kaharingan “Tanjaru ewen ken Alfi amun manjadi Mandau, sala buku kau ken ela lalau baca ndai amun aut jite, mamam sumasir tuh je Tawan auh jikau” karena tadi semua komentar menggunakan bahasa dayak kemungkinan ada yang tidak paham mungkin bisa saya bantu terjemahkan sedikit, kometar Basir Akon sembari meluruskan dan bercanda gurau seperi ini intinya “Tidak benar/Bohong sdr Alfi kalau menjadi Mandau, salah buku itu jangan dibaca lagi kalau isinya seperti itu, om kamu Sumasir ini yang tau tentang itu” mungkin begitulah terjemahan komentar tersebut.

Komentar tersebut ditambah oleh penggunaan akun Opi Berneo yang berbunyi demikian “Sawan Manyamei Tunggul Garing gin sala. Je sala kau mnampa kontra akan je dia ktawan. Mkax barimae kia kpintar je mnampa kamameh te. Keleh sinde2 mbasa PANATURAN Kitab Kaharingan te ih. Ampin klunen wyah tuh, je Kaharingan sejati gin dia ta ye mnder ngesah ah andau2 alem2. Basir Akon Apianto mngesah ah gin mn tge paramun gawi, jte gin dia lepah. Aneh bin ajaib ampin klunen, hndak klunen sila puntunge......” yang artinya Istri Manyamei Tunggul Garing juga salah, yang salah ini membuat kontra untuk yang tidak tau,…………….., coba sekalian membaca PANATURAN Kitab Kaharingan…………) mungkin sekilas seperti ini lah intinya bahwa Opie Borneo ingin mengajak mereka lebih baik baca Kita Suci Hindu Kaharingan PANATURAN yang lebih akurat seperti itu lah kurang lebihnya.

Keterbatasan pengetahuanpun membuat saya mengembalikan diri kepada Kitab Suci agama yang saya anut yaitu Kitab Panaturan. Dari tulisan dan komentar pun mengajak saya untuk mencari tau kebenaran akan tulisan tersebut yang mana sih yang menjadi pedoman dan yang bisa saya percayai. Sayapun kembali membuka Kitab Panaturan demi sebuah jawaban pasti. Dari tulisan singkat tersebut yang dimuat oleh saudara Alfi dari buku Ibu Nila Riwut yang berjudul Sanaman Lampang “Besi Mangapung”. Ada beberapa pernyataan di tulisan tersebut yang membuat orang menjadi pro maupun kontra, pertama disitu menyatakan “….mereka bertiga. Setelah temuan dilaporkan dan di bicara kan bersama dengan ayahanda mereka, lalu mereka sepakat bahwa besi tersebut dijadikan pusaka yg berbentuk MANDAU, mandau yg terbuat daei besi yg timbul diberi nma sanaman lampang dan menjadi milik Raja Sangen dan Raja sangiang….” Ditulisan itu menyatakan Berbentuk Mandau/Mandau dan menurut sanggahan beberapa akun menyatakan bukan Mandau melainkan Duhung. Kedua disitu menyatakan “…..Mereka adalah putra dari Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kahungkup Bungking Garing….” Disitu menyatakan nama Istir Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dengan nama Kahungkup Bungking Garing,kalau Hindu Kaharingan Pasti tau nama Ibu dari Raja Bunu, Raja Sangen dan Sangiang. Sayapun sepakat mencari jalan tengah untuk memastikan kebenaran tersebut agar tidak salah persepsi bagi saya sendiri maupun masyarakat luas.

Untuk menjawab benar apa tidaknya besi yang dibuat menjadi senjata Pusaka berbentuk Mandau atau Duhung, saya membuka Kitab Panaturan Pasal 23 Tentang Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu Dianugrahkan saya mengutip Pasal 23 Ayat 14:

Ie Ewen Sintung Telu palus hajalukan sanaman te, akan uluh tingang apange hayak janjaruman panalataie hila sanaman ije lampang, tuntang hila sanaman je leteng; Hayak balaku umba uluh tingang apange nabasa sanaman te manjadi Duhung Papan Benteng, Ranying Pamdereh Bunu tuntang Sipet Lumpang Nanjeman Penyang” yang artinya mereka bertiga langsung memberikan besi itu kepada Ayahnya dan memberitahukan tentang segalanya yang telah terjadi, bahwa besi itu dibagian ujungnya timbul dan bagian pangkalnya tenggelam, serta bersama itupun mereka bermohon kepada ayahnya agar membuat besi itu menjadi. Duhung Papan Benteng, Ranying Pandereh Bunu, dan Sipet Lumpung Nanjeman Penyang.

Selanjutnya untuk mencari jawaban benar apa tidak nama istri dari Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, yang ditulis dengan nama Kahungkup Bungking Garing, saya mengukit Pasal 23 Ayat 16:

Ie Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, kutak-kutak pahalau rawei, kuae; Jakae RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU tau masi karangkan Lingun uluh Garing taranrang Sintung Telu” artinya Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjalunen Karangan, berkata alangkah bahagianya kita jika RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU, dapat mengabulkan, Kehendak anak-anakku ini.

Dari beberapa kutipan diatas dan yang saya baca di Kitap Panaturan bahwa dalam Pasal 23 Ayat 14 sudah menegaskan senjata pusaka yang dibuat oleh Ayahnya adalah Duhung Papan Benteng, Ranying Pamdereh Bunu tuntang Sipet Lumpang Nanjeman Penyang bukun Mandau ataupun berbentuk Mandau dan kedua Dalam Pasal 23 Ayat 16 juga menegaskan bahwa nama Istri dari Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut adalah Kameluh Putak Bulau Janjalunen Karangan bukan Kahungkup Bungking Garing. Dalam Pasal 6 tentang Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung Tangkuranan Hariran dan Kameluh Putak Bulau Janjulen karangan, Limut Batu Kamasan Tambun Bertemu, disutu juga menyatakan dengan jelas Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangkan ibu dari Raja Bunu, Raja Sangen dan Sangiang.

Kesimpulan, pertama, senjata pusaka yang dibuat Oleh Ayah Raja Bunu, Raja Sangen dan Sangiang bukuan Mandau atau Berbentuk Mandau Tapi Duhung Papan Benteng, Ranying Pamdereh Bunu tuntang Sipet Lumpang Nanjeman Penyang. Kedua, nama dari istri Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut adalah Kameluh Putak Bulau Janjalunen Karangan bukan Kahungkup Bungkin Garing.

Saran, sebelum buku disebar luaskan hendaknya diadakan seminar ataupun bedah buku melibatkan juga lembaga keagaman Hindu Kaharingan maupun organisasi Kepemudaan dan kemahasiswaa Hindu, agar tidak menjadi kesalah pahaman, sehingga satu sama lain tidak merasa dirugikan. Semoga isi buku SANAMAN LAMPANG bisa bermanfaat untuk pembaca dan lebih mengenal Kehidupan orang Dayak Terkhususnya Ajaran Hindu Kaharinga. Jika salah-salah katan dan hal-hal kurang berkenan saya hanya ingin tau kejelasan dari pada tulisan yang ada, saya mohon maaf jika tulisan ini merugikan atau mebuat hati dan sebagainya terluka, niat saya bukan itu tapi ingin meluruskan. Keterbatasan pengetahuan saya ketika orang menulis dan mengatakan hal-hal yang menyinggung ke arah ajaran saya, saya kembalikan kepada Pedoman saya beragama yaitu Kita Suci Panaturan dan Kitap Suci Hindu Lainnya. Semoga semua Mahluk berbagia. Sahie (RAI)




No comments:

Post a Comment