Thursday, August 10, 2017

Beras Sebagai Alat Komunikasi

sintungtelu.blogspot.co.idBeras sebagai alat komunikasi lazim di dengar bagi telinga orang awam, sedangkan bagi suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah terkhususnya yang masih berpegang teguh pada ajaran leluhur yaitu Hindu Kaharingan yang mempercayai bahwa manusia adalah keturan dari Raja Bunu pasti tidak asing lagi dengan pernyataan ini. Di Indonesia sendiri makan pokok pada umunya adalah beras yang dimasak menjadi nasi. lalubagaimana bisa Beras Sebagai Alat Komunikasi? dalam hal ini Hindu Kaharingan mempercayai fungsi beras tidak hanya sebagai makan pokok melainkan juga sebagai  sarana untuk berkomunikasi. Perlu digaris bawahi komunikasi yang saya maksudkan disini adalah dalam kontek hubungan manusia dengan Pencipta, yaitu sebuah alat/benda yang menjadi sarana menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.

Dalam methologi Hindu Kaharingan, pada masa penciptaan alam semesta, Ranying Hatalla Langit Tuhan Yang Maha Esa menciptakan beras untuk kelangsungan kehidupan Raja Bunu dan kelangsungan hubungan dengan Ranying Hatalla Langit itu sendiri, sehingga diyakini sebagai sarana yang akan menghubungkan manusia dengan Tuhan dan segala manifestasinya. Dalam Bahasa Sangiang Beras/Behas disebut dengan nama “Behas Manyangen Tingang”. Lalu bagaimana caranya penggunaan beras bisa menjadi alat Komunikasi Bagi Manusia dengan Tahun dan segala Manifestasinya? Sebelum menjawab itu saya akan mengutip Ayat Suci Manawur yang berbunyi demikian “Balang Bitim jadi isi, Hampuli Balitam Jadi Daha, Dia Balang Bitim Injamku akan Duhung Luang Rawei Pantai Danum Kalunen, Isen Hampuli Balitam Bunu Bamban Penyaruhan Tisui Luwuk Kampungan Bunu” yang artinya Behas Manyangen Tingang adalah bukun saja sebagai kelangsungan hidup manusia, ia juga sebagai perantara manusia dengan Yang Maha Kuasa Ranying Hatalla Langit serta sebagai perantara pula antara Manusia dengan para Leluhur.


Pengunaan beraspun sehingga sebagai alat komunikasi kita kepada Tuhan dan segala manifestasinya dan pula antara manusia dengan para leluhur adalah dengan Batawur/Manawur/Tawur, Tawur sendiri merupakan serangkaian upacara keagaman yang tujuannya adalah melakukan sebuah hubungan/komunikasi dengan Tuhan atau lebih jelasnya adalah hubungan antara manusia dengan dewa-dewa segala manifestasi Tuhan serta roh-roh suci leluhur yang disebut Sahur Parapah. Batawur sendiri adalah  memohon atau doa yang dilantunkan menggunakan Bahasa Sangiang, sehingga bisa membangunkan roh yang terkandung dalam behas tawur dengan mantra-mantra atau doa tadi. sehingga datanglah Bawin Tawur disitulah seorang Rohaniawan Basir atau orang yang melantunkan doa tawur meminta kepada Bawin Tawur untuk menyampaikan maksud dan permohonan kita.

Batawur/Manawur sendiri tidak sembarangan sehingga beras yang kita tebar tidak terbuang sia-sia melaikan dengan tujuan yang baik, selain penggunaan beras saat Batawur, Hindu Kaharingan juga menggunakannya saat Upacara Basarah/Sembahyang sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan segalan Manifestasinya yaitu di Behas Hambaruan. Behas Hambaruan adalah beras yang dipilih dari beras biasa yang bersih bening dan tidak sedikitpun cacat. Untuk jumlah Behas Hambaruan yang dipilih tadi yaitu sebanyak 7 (Tujuh) biji beras, 7 biji Beras Hambaruan ini melambangkan wujud Raja Uju Hakanduang, Kanaruhan Hanya Basakati yang merupakan kekuatan dan kekuasaan Ranying Hatalla Langit.

Beras Hambaruan yang sudah dipilih tadi di bungkus dengan menggunakan kain putih, bersama dengan sarana prasarana yang lain Behas Hambaruan disimpan ditengah-tengah Sangku Tambak Raja berdampingan dengan Dandang Tingang. Seusai Persembahyangan Basarah sembari melantunkan Kandayu Mambuwur Behas Hambaruan, Beras Hambaruan tadi akan dibuka, biasanya behas hambaruan yang tadi berjumlah 7 biji biasanya akan bertambah 1 menjadi 8 dan dengan tanda lain-lain seperti beras yang bening tadi dipilih menjadi hariten atau nanteluh. Artinya segala kegiatan persembahyangan kita diterima oleh Tuhan dan diberikannya anugrah dan diterima oleh seluruh peserta Upacara Basarah.


Nah itu dulu ulasan sedikit saya mengenai Beras Sebagai Alat Komunikasi, dimana Umat Hindu Kaharingan mempercaya segala yang diciptakan oleh Tuhan memiliki fungsi dan manfaat yang baik untuk kelangsung Hidup manusia, tapi terkadang karena keterbatasannya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang membuat ketidak tauan. Dengan melakukan Upacara Tawur atau Basarah umat Hindu Kaharingan percaya dengan kegiatan sacral ini adalah sarana bagi manusia untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri dengan Tuhan dan segala manifestasinya dan juga dengan para dewa, sahur parah dan roh-roh suci leluhur. (RAI)

Lebih Mudah Melihat Isi Blog Klik Disini
Baca Juga:

No comments:

Post a Comment